Wabah Membunuh Jutaan Manusia, Sejarah Wabah Penyakit Tiap 100 Tahun

    1047
    0
    Wabah Membunuh Jutaan Manusia, Sejarah Wabah Penyakit Tiap 100 Tahun | Photo : Ilusterasi/berbagai sumber

    SEJARAH – Yang terjadi saat ini bukan berarti tidak ada kaitannya dengan kejadian-kejadian yang pernah terjadi pada 100 tahun yang lalu, ternyata beberapa ilmuan merangkumkan bahwa wabah bakal terjadi tiap 100 tahun sekali.

    Lantas Virus Corona yang saat ini merupakan wabah yang terjadi tiap 100 tahun ataukah tidak, beberapa penjelasan terkait penyebaran dan pandemi terjadi banyak yang meyakini bahwa ini adalah wabah yang saat ini genap 100 tahun dari setalh terjadi 100 tahun yang lalu.

    Virus Corona (Covid-19) yang saat ini mewabah di seluruh dunia. Jumlah pasien kasus corona di dunia, hingga Jumat (3/4/2020) pukul 15.47 WIB mencapai 1.018.845 kasus.

    Angka ini bertambah lebih 77.000 kasus sejak Kamis sore pukul 15.49 WIB. Kemarin sore, kasus yang terkonfirmasi berada di angka 938.565. Dari 1.018.845 orang yang positif terinfeksi Covid-19, 53.292 di antaranya meninggal dunia dan 213.524 telah dinyatakan sembuh. Terdapat 204 negara dan wilayah di seluruh dunia yang telah melaporkan Covid-19.

    BACA JUGA :  Kendaraan Mewah Milik Sang Bupati Disita KPK

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sendiri telah mengumumkan pandemi virus corona, menyusul penyebaran SARS-CoV-2 yang semakin meluas di sejumlah negara di dunia.

    Menilik ke belakang, ternyata dalam sejarahnya, entah kebetulan atau tidak, kejadian wabah atau pandemi luar biasa besar yang melanda dunia terjadi setiap abad. Atau terjadi setiap 100 tahun.

    Seabad Lalu (1920) – Wabah The Black Death dan Flu Spanyol

    Seabad lalu, wabah yang menewaskan ribuan orang pernah terjadi. Wabah pes atau yang dalam penamaan orang Jawa pedesaan disebut pageblug jrong pernah terjadi di kisaran tahun 1920-an atau seabad lalu. Saat itu penyakit pes yang disebarkan oleh tikus mewabah di Jawa, termasuk kawasan Solo dan sekitarnya.

    BACA JUGA :  SKK Migas Apresiasi Kepada PT. Medco E&P
    Plague in Rome. Italy, 17th century

    Dalam catatan sejarah, dr Cipto Mangunkusumo dengan gagah berani terjun sendirian menangani wabah pes di Malang, Jatim. Berhasil menangani wabah tersebut di Malang, Cipto ingin melakukan hal serupa di Solo yang juga terkena jrong di waktu yang lebih belakangan. Namun keinginan tersebut Cipto dihadang oleh Belanda.

    Jauh sebelum pes menyerang Jawa, penyakit ini jadi ancaman di Eropa. Orang-orang menyebutnya dengan The Black Death.

    Nama yang merupakan terjemahan dari bahasa Latin atra mortem ini muncul dari gejala yang dialami penderita. Kulit mereka menghitam, biasanya di bagian jari tangan, jari kaki, atau ujung hidung. Kehitaman itu muncul akibat adanya jaringan yang mati.

    Dilansir dari laman Historia.id, ketika mewabah pada abad ke-14, Black Death membunuh 50 juta orang. Dengan kata lain, mengurangi 60 persen populasi Eropa.

    BACA JUGA :  Pemerintah Mesra dengan Corona, Ada Apa dibalik Kemesraan, Negara Lain Keras Menolak

    Pes disebabkan oleh bakteri yersinia pestis yang terdapat dalam kutu tikus, khususnya tikus hitam yang suka tinggal di dekat manusia. Sebagian kalangan berpendapat bahwa pes di Eropa terbawa masuk lewat perdagangan di jalur sutra.

    Pendapat ini dibantah sejarawan Norwegia Ole Jorgen Benedictow dalam bukunya The Black Death, 1346-1353. Menurutnya, pes tidak masuk lewat Tiongkok namun muncul dari dekat Laut Kaspia, selatan Rusia (kini masuk wilayah Ukraina), pada musim semi 1346.

    Masih di sekitar tahun 1920-an, atau lebih tepatnya tahun 1918, Flu Spanyol mengguncang dunia. Tidak ada negara yang luput dari serangannya. Pandemi influenza itu membunuh jutaan orang. Flu Spanyol telah menewaskan lebih dari 50 juta orang di seluruh dunia, termasuk 670 ribu orang di Amerika Serikat.

    Korban wabah Flu Spanyol. (ist/net)