Rupiah Remuk di Hadapan Mata Uang Asing

    1884
    0
    Ilustrasi Mata Uang | Foto: REUTERS/Jason Lee

    DETIKEPRI.COM, EKONOMI & BISNIS – Mirisnya kondisi mata uang Rupiah di hadapan Mata Uang Eropa, kian hari Rupiah semangkin tertekan dan terpuruk di angka mencekam, Kondisi ini semangkin diperkuat dengan nilai tukar Rupiah vs USD semangkin tinggi.

    Nilai tukar rupiah terhadap mata yang kawasan eropa bergerak melemah. Sepanjang 2018, Nilai tukar rupiah melemah terhadap euro dan pound masing-masing sebesar 3,42% dan 5,23%.

    Pada Jumat (6/5/2018) pukul 13:00 WIB, EUR 1 dibanderol pada posisi Rp 16.843. Sementara GBP 1 dihargai pada posisi Rp 19.268,47. Dilansir dari laman cnbcindonesia.com

    Penguatan mata uang Benua Biru ini tidak lepas dari derasnya aliran modal ke sana. Pemulihan ekonomi di Eropa sudah semakin terlihat setelah sempat terpuruk akibat krisis finansial global 2008 dan krisis fiskal 2010.

    BACA JUGA :  Rupiah Terpuruk Pada Posisi Parah, Ini Penjelasan Bank Indonesia
    Foto : Reuters

    Reuters melaporkan, sejumlah pengambil kebijakan di Bank Sentral Uni Eropa (ECB) kini mulai berpikir untuk mengubah arah kebijakan. Awalnya, alur pengetatan moneter dilakukan dengan mengurangi pembelian surat-surat berharga (quantitative easing), tetapi kini mulai ada pemikiran agar langsung melalui kenaikan suku bunga.

    Kabar ini langsung menjadi bensin bagi euro untuk melaju. Euro tentu akan menjadi instrumen yang menarik jika ada kenaikan suku bunga, setelah cukup lama berkutat di suku bunga negatif.

    Pada 2018, pertumbuhan ekonomi Zona Euro diperkirakan mencapai 2,4%. Lebih baik dibandingkan proyeksi yang dibuat akhir tahun lalu yaitu 2,3%.

    BACA JUGA :  4 Tips Cara Menjaga Keuangan di Bulan Ramadhan
    ECB

    Situasi hampir mirip terjadi di Inggris. Bank Sentral Inggris (BoE) memperkirakan pertumbukan ekonomi 2018 sebesar 1,7%, lebih tinggi dibandingkan proyeksi sebelumnya yaitu 1,5%.

    BoE memang masih menahan suku bunga acuan sebesar 0,5% dalam pertemuan terakhirnya. Namun Mark Carney, Gubernur BoE, menegaskan bahwa kemungkinan kenaikan suku bunga acuan akan lebih besar dan lebih awal dibandingkan perkiraan.

    “Untuk mengembalikan inflasi sesuai target, maka sepertinya perlu untuk menaikkan suku bunga secara bertahap tetapi lebih cepat dan lebih besar dari perkiraan awal kami,” tutur Carney.

    Menanggapi perkembangan tersebut, investor pun antusias masuk ke Eropa. Di Zona Euro, per 6 April 2018 investor asing mencatatkan beli bersih (net buy) senilai US$ 17 miliar. Sementara di Inggris, nilai net buy di pasar saham mencpaai US$ 73 miliar.

    BACA JUGA :  Presiden Jokowi di Suntik Vaksin, 6 Saham Farmasi Turun

    Dari sisi obligasi, pergerakan arus dana asing yang masuk juga cukup tinggi. Ini terlihat dari penurunan imbal hasil (yield) sebagai tanda permintaan investor yang cukup tinggi.

    Dengan kondisi ini, wajar ketika euro dan poundsterling menguat terhadap mata uang dunia (termasuk rupiah). Apabila hawa pengetatan moneter di Eropa semakin kencang berhembus, maka tidak perlu heran jika euro dan sterling melanjutkan penguatannya.(Ptr)

    sumber : CNBC INDONESIA