Informasi Terkini dari Sektor Pariwisata Indonesia di Kuartal Ketiga 2020

    556
    0
    Informasi Terkini dari Sektor Pariwisata Indonesia di Kuartal Ketiga 2020 | Photo : Katarsa.ID

    DETIKEPRI.COM, ADVERTORIAL – Situasi pandemi yang terus berlangsung hingga kuartal ketiga ini, membawa dampak yang sangat signifikan bagi sektor pariwisata Indonesia. Beragam kebijakan dan inovasi pun dituangkan guna menghadapi masa pandemi yang tak kunjung usai. Berikut beberapa informasi terkini dari sektor pariwisata Indonesia di kuartal ketiga 2020.

    Penghujung kuartal ketiga 2020 sudah di depan mata. Namun, situasi pandemi di dalam negeri belum juga kondusif. Beberapa waktu yang lalu, pemerintah pusat dan pemerintah daerah telah menerapkan berbagai regulasi untuk meminimalkan transmisi virus. Meski begitu, hingga saat ini kita masih harus berjuang dalam menghadapi situasi sulit pandemi.

    Begitu pun dengan sektor pariwisata dalam negeri. Sejak memasuki awal kuartal ketiga, pegiat pariwisata sempat mulai bergairah dan optimistis pasca diterapkannya tatanan kenormalan baru (new normal). Meski keadaan tersebut tidak berlangsung lama.

    BACA JUGA :  Selamat Hari Hutan Sedunia 21 Maret 2018

    Kasus COVID-19 di Indonesia yang mengalami peningkatan, membuat pemerintah kembali menerapkan pengetatan di berbagai daerah.

    Lantas, seperti apa informasi terkini dari sejumlah sektor pariwisata Indonesia? Batam Tourism Polytechnic (BTP), salah satu politeknik swasta terbaik di bidang pariwisata yang berbasis di Batam, Kepulauan Riau, merangkumnya sebagai berikut.

    Peluncuran label InDOnesia CARE untuk pariwisata Indonesia

    Pada bulan Agustus lalu, Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) meluncurkan panduan protokol kesehatan bagi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.

    Panduan ini disebut sebagai ‘InDOnesia CARE’, yang menggambarkan dukungan pemerintah terhadap pariwisata Indonesia. Melalui program ini, sektor pariwisata dalam negeri diharapkan dapat segera bangkit di tengah masa pandemi.

    Selain itu, peluncuran program ini juga merupakan bentuk komitmen pemerintah dalam menghadirkan layanan pariwisata yang adaptif, melalui penerapan protokol yang mencakup kebersihan, kesehatan, keamanan, dan lingkungan yang lestari (Cleanliness, Health, Safety, and Environment/CHSE).

    BACA JUGA :  Sejarah Hari Bumi, Gaylord Nelson dan Tumpahan Minyak

    Penerapan CHSE di seluruh bidang pariwisata akan melalui proses verifikasi yang ketat, melalui tim Kemeparekraf yang bekerja sama dengan Kementrian Kesehatan, serta beberapa asosiasi, termasuk Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI).

    Meski begitu, program InDOnesia CARE ini tidak hanya terbatas pada industri hotel dan restoran saja, tapi juga turut menyediakan protokol kesehatan bagi industri kreatif. Harapannya, melalui panduan ini, wisatawan dapat merasa lebih nyaman dan aman untuk berwisata di tengah masa transisi atau adaptasi.

    Bali menutup pintu bagi wisatawan asing hingga akhir 2020

    Sebelumnya, Bali dijadwalkan akan kembali membuka pintu bagi wisatawan asing pada 11 September 2020. Namun, melihat pertumbuhan kasus COVID-19 yang kian meningkat, Gubernur Bali, I Wayan Koster, memutuskan untuk menundanya hingga akhir 2020.

    BACA JUGA :  Berikan Pengalaman Berbeda HARRIS Resort Waterfront Sediakan Paket Kamar 'HARRIS Kid's Campout'

    Menurutnya, penundaan ini dianggap penting untuk menjaga citra Indonesia dan Bali di mata dunia saat pemulihan perjalanan nantinya. Sementara itu, saat ini sektor pariwisata Bali masih berfokus pada pertumbuhan pariwisata domestik dengan diikuti protokol keamanan yang ketat.

    Penutupan salah satu destinasi pariwisata Indonesia, Wae Rebo, oleh masyarakat adat

    Wae Rebo merupakan salah satu destinasi wisata di Nusa Tenggara Timur, yang rencananya hendak dibuka pada awal September oleh Gubernur NTT, Vikotor Bungtilu Laskodat. Namun demikian, keputusan ini bertentangan dengan kehendak masyarakat desa.

    Satu minggu setelah dibuka, masyarakat setempat menutup kembali akses masuk ke kawasan kampung tradisional tersebut. Hal ini didasarkan pada musyawarah masyarakat, yang memutuskan untuk menutup kembali desa wisata tersebut hingga berakhirnya wabah COVID-19.