Ini Tanggapan Bos IMF Terkait Resesi Akibat Pandemi Covid-19

    508
    0
    Foto: Kristalina Georgieva (Photo: AFP/Eric Baradat)

    DETIKEPRI.COM, EKONOMI & BISNIS – Pandemi Covid-19 mengakibatkan pelemahan ekonomi dan beberapa sektor di setiap negara, bahkan pandemi ini berhasil menguras pundi-pundi tabungan setiap negara untuk dapat merecovery kondisi negara tersebut.

    Menggelontorkan banyak dana untuk menanggulangi merebaknya wabah virus corona mengakibatkan beberapa negera masuk dalam jurang resesi.

    Akibat hal ini Bos IMF memberikan tanggapan terkait resesi ekonomi yang bakal terjadi dibeberapa negara, Managing Director International Monetary Fund Kristalina Georgieva menilai krisis ekonomi tahun ini tidak seburuk perkiraan awal IMF.

    Akan tetapi, Georgieva menilai situasi ke depan akan diwarnai “pendakian yang sulit”.

    
Hal itu dipaparkan Georgieva dalam pidato di Washington DC, Amerika Serikat (AS), Selasa (6/10/2020) waktu setempat.

    BACA JUGA :  Polsek Bintan Timur Datangi Kantor Koramil

    Pada Juni lalu, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global akan terkontraksi 4,9% tahun ini. Namun, PDB dunia mencatatkan kinerja yang lebih baik dibanding ekspektasi IMF pada kuartal II dan III. Fakta-fakta itu diyakini akan membuat IMF merevisi ke atas proyeksi pertumbuhan PDB tahun ini. Proyeksi itu akan diumumkan dalam waktu dekat.

    “Gambaran hari ini tidak terlalu mengerikan. Kami sekarang memperkirakan bahwa perkembangan pada kuartal kedua dan ketiga lebih baik dari yang diharapkan,” ujar Georgieva seperti dikutip CNBC International.

    Menurut dia, semua itu tak lepas dari kebijakan-kebijakan luar biasa yang dilakukan oleh pemerintah dan otoritas moneter di berbagai belahan dunia.

    “Pemerintah telah memberikan sekitar US$ 12 triliun dukungan fiskal kepada rumah tangga dan perusahaan. Dan kebijakan moneter yang belum pernah terjadi sebelumnya telah mempertahankan aliran kredit, membantu jutaan perusahaa untuk terus berbisnis,” kata Georgieva.

    BACA JUGA :  Rekam Jejak Gubernur Aceh Irwandi Yusuf sebagai Petinggi GAM

    Akan tetapi, ada sisi lain dari stimulus besar ini, yaitu meningkatnya utang pemerintah. Menurut IMF, global public debt di tahun ini akan mencapai rekor, yaitu 100% terhadap PDB.

    
”Risiko tetap tinggi, termasuk dari meningkatnya kebangkrutan dan valuasi yang meningkat di pasar keuangan dan banyak negara menjadi lebih rentan. Tingkat utang mereka meningkat karena respons fiskal mereka terhadap krisis dan kerugian besar pada output dan pendapatan,” ujar Georgieva.

    IMF belum yakin ekonomi global akan kembali ke level sebelum krisis “dalam jangka menengah”.

    BACA JUGA :  Crutchlow: Honda tidak perlu mengubah filosofi Motor RC213V

    Ketidakpastian yang luar biasa

    IMF juga mengingatkan kalau kinerja ekonomi pada masa-masa mendatang akan bergantung kepada perkembangan pandemi Covid-19. Georgieva lantas menggambarkan fase saat ini sebagai “pendakian panjang – pendakuan sulit yang akan panjang, tidak rata, dan tidak pasti dan cenderung mengalami kemunduran.”

    “Jalan di depan penuh dengan ketidakpastian yang luar biasa. Kemajuan yang lebih cepat pada tindakan kesehatan seperti vaksin dan pengobatan dapat mempercepat ‘pendakian’ tapi bisa juga bertambah parah apalagi jika terjadi peningkatan wabah secara signifikan,” kata Georgieva.

    Berdasarkan data Johns Hopkins University, sudah lebih dari 35 juta orang tertular Covid-19. Dari jumlah itu, lebih dari 1 juta orang meregang nyawa.

    sumber : cnbcindonesia.com