Beranda Olahraga Tanpa Dukungan Negara, Tim Sepak Bola Amputasi Masuk Piala Dunia

Tanpa Dukungan Negara, Tim Sepak Bola Amputasi Masuk Piala Dunia

731
0
Kapten Timnas Sepak Bola Amputasi Indonesia, Aditya mengaku keberhasilan ia dan kawan-kawannya di tim tidak lepas dari perjuangan kerasnya

DETIKEPRI.COM, BOLA – Kapten Timnas Sepak Bola Amputasi Indonesia, Aditya mengaku keberhasilan ia dan kawan-kawannya di tim tidak lepas dari perjuangan kerasnya selama babak kualifikasi. Mulai dari persiapan hingga keberangkatan tanpa dukungan dari pemerintah.

“Kami berjuang mandiri tanpa ada support dari pemerintah. Jadi mengandalkan kekuatan dari manajemen saja hingga bisa lolos ke Piala Dunia Amputasi 2022 di Turki,” jelas Aditya, Selasa (7/6/2022) di Bandung.

Diakui Aditya, sebelum bertolak ke Piala Dunia Amputasi 2022 di Bangladesh, ia dan rekan-rekannya di timnas sepak bola amputasi Indonesia harus berlatih dari lapangan ke lapangan yang berbeda lantaran belum memiliki lapangan tetap untuk latihan.

“Fasilitas lapangan juga seadanya, bahkan selama TC seminggu pertama di Jakarta latihannya pindah-pindah dan terakhir di lapangan DPR Senayan setelah dapat dari salah satu partai politik,” tegas Aditya.

BACA JUGA :  Azura Luna Jadi DPO International Inilah Wanita Cantik Asal Kediri, Jadi Penipu 3 Benua

Tak hanya masalah lapangan, Timnas Sepak Bola Amputasi Indonesia kesulitan dana untuk tambahan membeli tiket pesawat menuju Bangladesh, termasuk biaya selama mengarungi babak kualifikasi.

“Tapi alhamdulillah ada dukungan dari salah satu parpol itu, jadi kami bisa pergi ke Bangladesh dan bisa untuk makan selama dua hari di sana. Hari ketiga agak bermasalah karena kami hanya memanfaatkan uang yang ada saja,” tutur Aditya.

Kapten Timnas Sepak Bola Amputasi Indonesia, Aditya mengaku keberhasilan ia dan kawan-kawannya di tim tidak lepas dari perjuangan kerasnya

“Alhamdulilah walaupun kurang dukungan, terutama dukungan dari pemerintah tapi bisa maksimal bermain selama di sana (Bangladesh),” tegas Aditya.

Pada sepak bola amputasi, setiap pemain harus menggunakan dua tongkat penopang sebagai tumpuan saat bermain. Satu tim terdiri dari tujuh orang, bukan sebelas. Ukuran lapangannya juga lebih kecil dengan durasi pertandingan dua kali 25 menit.

“Saya harus mengulang lagi dari dasar, nendang bola pakai tongkat bagaimana, sulit pas awalnya. Saya cuma bisa jalan cepat dengan tongkat, setiap hari latihan gimana caranya saya bisa lari. Lama-lama saya bisa dan ada motivasi lagi untuk main bola lagi,” ujar Aditya.

BACA JUGA :  Lion Air JT 610 Jatuh di Perairang Kerawang, Bawa 12 Pegawai Pajak dan 4 Jaksa.

Kepercayaan diri Aditya pun perlahan bangkit. Dia kemudian lolos seleksi Tim Nasional Sepakbola Amputasi dan kini menyandang ban kapten.

Bagi Aditya, bisa berlaga di Piala Dunia terasa seperti mimpi. Ini adalah sesuatu yang bahkan tidak berani dia impikan ketika bermain di tim non-disabilitas.

Kini, Aditya berharap timnya bisa meraih hasil yang baik dalam Piala Dunia. Di luar itu, Aditya bercita-cita mendirikan sekolah sepak bola amputasi.

“Banyak orang yang diamputasi bahkan sejak usia dini ingin main bola, tapi enggak ada wadah dan pembinaannya, kan sayang,” kata Aditya.

“Padahal mereka bisa membanggakan keluarga walau ada keterbatasan. Seperti tim ini yang sudah membuktikan kalau siapa saja bisa memainkan sepak bola. Sepak bola itu untuk semua, enggak ada itu diskriminasi dan perbedaan,” tutur dia.

BACA JUGA :  Talkshow di TVOne Bersama Bamsoet dan Manajer BRC, Gubernur Ansar Bahas Sirkuit F1 di Bintan

Dilepas dalam sunyi, kembali dengan prestasi

Rusharmanto Sutomo tak kuasa menahan air mata ketika pada pertengahan Maret lalu, dia melepas keberangkatan tim Garuda Inaf menuju Bangladesh untuk mengikuti kualifikasi Piala Dunia.

Pelepasan itu terasa begitu sunyi, berbeda dengan pelepasan tim-tim olahraga lainnya ketika hendak mewakili negara dalam ajang olahraga bergengsi.

“Di tengah prestasi yang bisa dibilang sejarah sepakbola, pelepasannya itu sepi, di tengah kesunyian,” kata Sutomo.

Sutomo merupakan salah satu pendiri tim Garuda Inaf pada 2018, yang kini menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Persatuan Sepakbola Amputasi Indonesia (PSAI).

Sebelum ke Bangladesh, PSAI pontang-panting mencari dana. Kondisi tim memang serba terbatas, jauh dari fasilitas yang selayaknya didapatkan oleh sebuah tim nasional.