Detik-Detik Sriwijaya Air Jatuh ke Laut, Ini Kata Saksi Kejadian

    411
    0
    Foto : Dok.Istimewa

    DETIKEPRI.COM, JAKARTA – Pesawat Komersil dari maskapai penerbangan Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ182 yang jatuh di perairan Kabupaten Kepulauan Seribu. Sebelumnya pesawat ini lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta Tangerang.

    Menuju Bandara Subandio Pontianak Kalimantan Barat, namun naas terjadi pada pesawat Sriwijaya Air SJ182 yang jatuh setelah 4 menit lepas landas.

    Pesawat ini sempat dilay selama 30 menit karena alasan cuaca buruk, dan menurut salah satu pramugari yang berada dalam pesawat naas itu.

    Sempat menelpon ibunya yang berada di Bali sebelum keberangkatan. Dan mengatakan bahwa pesawat terjadi delay disebabkan cuaca buruk.

    Pesawat yang sempat hilang kontak sebelum terjadi kembali ditemukan dengan puing-puing yang berserakan di kedalaman 20 meter.

    Pesawat Sriwijaya Air SJ-182 rute Jakarta-Pontianak jatuh di perairan sekitar Pulau Lancang dan Pulau Laki, Kepulauan Seribu, Utara Jakarta, pukul 14.00 WIB, Sabtu (9/1).

    BACA JUGA :  Satlantas Polres Tulang Bawang Bersama Warga Lakukan Gotong Royong di Kampung, Kasat Lantas : Ini Tujuannya

    Dilansir dari jppn.com Hendrik Mulyadi, seorang nelayan rajungan di sekitar perairan Pulau Lancang-Pulau Laki, Kepulauan Seribu, yang menjadi saksi kunci kejadian nahas pada Sabtu siang tersebut.

    Saat kejadian nahas tersebut, Hendrik berada di lokasi yang diduga kuat menjadi lokasi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182.

    Saat itu, Hendrik bersama dua rekannya yang merupakan ABK di kapal pencari rajungannya.

    “Saat itu hujan cukup besar (kemungkinan berkabut), dan kami bertiga di tengah laut sedang konsentrasi mengambil bubu (alat penangkap rajungan), tiba-tiba ada seperti kilat ke arah air disusul dentuman keras, puing berterbangan sama air (ombaknya) tinggi sekali, untung kapal saya enggak apa-apa,” kata pria 30 tahun itu dalam perbincangannya dengan Antara di Pulau Lancang.

    Setelah rangkaian kejadian yang berlangsung di kurang dua menit tersebut, Hendrik mengaku dirinya dan dua rekannya tidak bisa melakukan apa-apa selain bertanya-tanya ada apa gerangan yang terjadi.

    BACA JUGA :  Menteri Dalam Negeri Malaysia Pulang Kampung Ke Kampar

    Dia dan kawannya sempat mengira itu adalah bom yang jatuh dan meledak. Saat itu tidak terlintas di pikirannya bahwa itu pesawat jatuh. Karena menurut Hendrik, sesaat sebelum terjadi dentuman keras, tidak terdengar suara mesin pesawat.

    “Suara mesin gak ada. Terus saat kejadian gak kelihatan ada api, hanya asap putih, puing-puing yang berterbangan, air yang berombak besar, dan ada aroma seperti bahan bakar,” katanya.

    Meski tidak mengalami cedera dan kapalnya tidak mengalami kerusakan, Hendrik mengaku masih terguncang. Hingga saat ini Hendrik mengaku tidak enak makan dan tidur sampai tak sanggup bekerja mencari rajungan seperti sedia kala.

    Dari informasi yang dihimpun Pesawat Sriwijaya Air nomor register PK-CLC dengan nomor penerbangan SJ-182 dengan rute Jakarta-Pontianak hilang kontak pada Sabtu (9/1) pukul 14.40 WIB dan jatuh di perairan Kepulauan Seribu di antara Pulau Lancang dan Pulau Laki.

    BACA JUGA :  Mi Note 10 vs Galaxy Note10 +: Apakah benar-benar membutuhkan 108MP di Semartphone Anda?

    Pesawat jenis Boeing 737-500 itu hilang kontak pada posisi 11 nautical mile di utara Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang setelah melewati ketinggian 11.000 kaki dan pada saat menambah ketinggian di 13.000 kaki.

    Pesawat lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta pukul 14.36 WIB. Jadwal tersebut mundur dari jadwal penerbangan sebelumnya 13.35 WIB. Penundaan keberangkatan karena faktor cuaca.

    Berdasarkan data manifest, pesawat yang diproduksi tahun 1994 itu membawa 62 orang terdiri atas 50 penumpang dan 12 orang kru. Dari jumlah tersebut, 40 orang dewasa, tujuh anak-anak, tiga bayi.

    Sedangkan 12 kru terdiri atas, enam kru aktif dan enam kru ekstra. Keberadaan pesawat itu tengah dalam investigasi dan pencarian oleh Badan SAR Nasional (Basarnas) dan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).