Mencegah Penularan Covid-19 Lewat Udara (Airbone), Berikut Penjelasannya

    1269
    0
    Mencegah Penularan Covid-19 Lewat Udara (Airbone), Berikut Penjelasannya | Photo : Dok.Istimewa

    DETIKEPRI.COM, KESEHATAN – Pandemi Covid-19 telah memasuki masa yang cukup lama hingga saat ini tidak dapat ditanggulangi dengan baik oleh semua pihak, terlebih kebebasan dan kebosanan orang melihat kondisi ini.

    Terlalu panjangnya pandemi ini sehingga muncul anti pati dan tidak lagi percaya akan Covid-19, saat ini ada beberapa cara penularan Covid-19 yang bisa terjadi.

    Kasus terbaru ternyata Covid-19 bisa menular lewat udara (Airbone). Ini kasus baru setelah 239 Ilmuan dari 32 Negara yang menyampaikan surat terbuka untuk WHO yang menyimpulkan bahwa COVID-19 juga bisa menular secara airborne atau melalui udara.

    Apa Itu Penularan Melalui Udara (Airborne)?

    Saat batuk, bersin, atau berbicara seseorang dapat mengeluarkan percikan cairan dari mulut atau hidungnya, baik percikan liur atau lendir dari saluran pernapasan. Percikan ini dapat menjadi pembawa berbagai macam penyakit, termasuk COVID-19. Percikan yang ukurannya lebih dari 5 mikron (1 mikron = 1/1.000 mm) disebut dengan droplet. Sebagai perbandingan, sehelai rambut manusia memiliki diameter sekitar 70-100 mikron.

    BACA JUGA :  Lantamal IV Gelar Serbuan Vaksin di Masyarakat Maritim Kampung Bahari Nusantara

    Satu droplet saja bisa membawa cukup banyak virus karena ukuran virus SARS-CoV-2 hanya sekitar 0,1 mikron. Saat seseorang batuk atau bersin, droplet dapat menyembur sejauh 1-2 meter sebelum akhirnya jatuh ke permukaan karena gravitasi. Droplet bisa saja melayang lebih jauh ketika ada angin atau saat orang bergerak.

    Droplet bisa saja jatuh di mata, hidung, atau mulut seseorang yang berdekatan dengan penderita COVID-19 dan penularan pun terjadi. Selain itu, droplet bisa saja jatuh di permukaan benda yang sering disentuh dan akhirnya akan menular jika seseorang tidak menjaga kebersihan tangannya.

    Dua cara penularan ini yang menjadi dasar himbauan untuk selalu menjaga jarak, desinfeksi permukaan, menggunakan masker dan face shield, dan mencuci tangan.

    BACA JUGA :  Maksimalkan Potensi Desa, Bintan MoU Dengan Universitas Brawijaya

    Namun, ada percikan yang lebih kecil dari droplet, ukurannya kurang dari 5 mikron. Percikan ini disebut dengan aerosol. Memiliki ukuran yang kecil membuat aerosol lebih ringan, sehingga lebih lama melayang di udara.

    Aerosol bisa melayang di udara hingga berjam-jam sebelum akhirnya jatuh di permukaan atau hilang menguap karena panas. Penularan melalui aerosol ini yang dimaksud dengan penularan melalui udara atau airborne. Campak dan tuberculosis (TBC) adalah contoh penyakit lain yang dapat menular melalui airborne.

    Bukti Penularan COVID-19 Melalui Udara

    Awalnya, WHO dalam panduannya mengumumkan bahwa penularan airborne hanya terjadi di fasilitas kesehatan saat tenaga medis melakukan tindakan medis yang menghasilkan aerosol, seperti nebulisasi, pemasangan alat bantu napas, selang oksigen, dan lain-lain.

    BACA JUGA :  Kesinergian Teknis BP Batam Dengan Pemegang Kebijakan Kota Batam, Ini Kata Nuryanto

    Pada akhirnya WHO memperbarui panduannya setelah para ilmuwan menyampaikan bukti-bukti terjadinya penularan secara airborne di luar fasilitas kesehatan.

    Para ilmuwan menduga bahwa penularan airborne adalah cara penularan yang dominan di pandemi ini. Berbeda dengan keluarga virus corona lain, seperti SARS-CoV dan MERS-CoV yang persebarannya tidak seluas dan secepat Covid-19.

    Bukti pertama adalah munculnya klaster paduan suara di Washington, AS.

    Klaster ini terdiri dari 61 orang yang berkumpul di sebuah ruangan untuk paduan suara dengan durasi 2,5 jam. Saat itu ada 1 orang yang bergejala. Sepekan kemudian dilaporkan beberapa peserta mengalami gejala Covid-19. Akhirnya, didapat 53 orang terinfeksi Covid-19, termasuk 3 orang yang dirawat inap dan 2 orang meninggal.

    Selanjutnya, ada klaster restoran di Guangzhou, Cina yang berawal dari 1 pasien tanpa gejala.