Sriwijaya Air dan NAM Air, Masuk Daftar Larangan Uni Eropa, Kenapa?

    948
    0
    Foto : Dok.Istimewa

    DETIKEPRI.COM, Sriwijaya Air adalah maskapai penerbangan Indonesia yang memiliki standar keamanan kategori satu di nasional sejak tahun 2007. Berdiri sejak tahun 2003 Sriwijaya Air bisa dikatan cukup berhasil menjadi maskapai penerbangan terbesar ke tiga.

    Sriwijaya Air didirikan oleh keluar Lie yaitu Hendry Lie dan Chandra Lie dengan Johannes Bundjamin dan Andy Halim. Ada hal yang menjadi pertanyaan besar, sekalipun menjadi maskapai penerbangan teraman di nasional.

    Sriwijaya Air termasuk anak perusahaanya NAM Air masuk dalam daftar maskapai penerbangan yang dilarang di Uni Eropa, karena alasan keamanan pada Desember 2014 lalu.

    Tentu ini bukanlah hal remeh yang diberlakukan oleh Uni Eropa, terlebih Uni Eropa memiliki standar yang cukup tinggi untuk keamanan sebuah transportasi, udara, darat dan laut.

    Penempatanan daftar larangan jelas telah melalui beberapa uji yang mengakibatkan Sriwijaya Air dan NAM Air masuk dafar larangan Uni Eropa.

    BACA JUGA :  Marsetio : Kepri Saat Ini Cepat Seperti Mobil Ferrari

    Melansir dari data Wikipedia Indonesia Pada tanggal 8 November 2019 Kerjasama Operasional diantaranya maskapai Garuda Indonesia dan Sriwijaya Air dihentikan ditandai dengan mulai beroperasinya kembali peralatan ground service milik Sriwijaya Air yang semula disimpan saat Kerja sama Operasional (KSO) sedang berlangsung.

    Hal ini dikarenakan pihak Garuda Group yang secara sepihak menghentikan penyediaan layanan kepada penumpang Sriwijaya Air karena Sriwijaya Group tidak membayar tunai kepada Garuda Indonesia Group untuk penyediaan fasiltas layanan tersebut.

    Sejarah Sriwijaya Air

    PT Sriwijaya Air lahir sebagai perusahaan swasta murni yang didirikan oleh Chandra Lie, Hendry Lie, Johannes Bunjamin, dan Andy Halim. Beberapa tenaga ahli yang turut menjadi pionir berdirinya Sriwijaya Air diantaranya adalah Supardi, Capt. Kusnadi, Capt. Adil W, Capt. Harwick L, Gabriella, dan Suwarsono.

    BACA JUGA :  Viral Dakwah Ustadz Abdul Somad, di Laporkan ke Polda NTT, Kok Bisa?

    Sriwijaya Air didirikan dengan tujuan untuk menyatukan seluruh kawasan Nusantara seperti keinginan raja kerajaan Sriwijaya dahulu yang berasal dari kota Palembang. Keinginan tersebut kemudian diwujudkan melalui pengembangan transportasi udara.

    Pada tahun 2003, tepat pada hari Pahlawan, 10 November, Sriwijaya Air memulai penerbangan perdananya dengan menerbangi rute Jakarta-Pangkalpinang PP, Jakarta-Palembang PP, Jakarta-Jambi PP, dan Jakarta-Pontianak PP.

    Pada mulanya Sriwijaya Air hanya mengoperasikan 1 armada Boeing 737-200 yang kemudian seiring waktu terus ditambah hingga memiliki 15 armada Boeing 737-200. Sesuai dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan pemenuhan pelayanan publik yang lebih baik, Sriwijaya Air kemudian menambah dan memperluas jangkauan penerbangannya dari Barat ke Timur sekaligus menambah pesawat dengan seri yang lebih baru,yaitu Boeing 737-300,Boeing 737-400, Boeing 737-500W,dan Boeing 737-800NG.

    Maskapai ini sempat memesan 20 unit Embraer 175 dan Embraer 195 pada Paris Airshow 2011,namun kemudian pesanan ini dibatalkan dikarenakan alasan operasional, dan kemudian digantikan oleh Boeing 737-500W. Namun tidak tertutup kemungkinan bahwa Sriwijaya Air akan memesan Embraer kembali,yang akan dialokasikan ke anak perusahaannya, yaitu NAM Air.

    BACA JUGA :  Satlantas Polres Tulang Bawang Gelar Razia di Jalintim Menggala, Hasilnya ?

    Pada Agustus 2007, Sriwijaya Air mendapatkan penghargaan keselamatan penerbangan dari Boeing, yaitu Boeing International Award for Safety and Maintenance of Aircraft, diberikan setelah inspeksi dilakukan selama beberapa bulan oleh tim dari Boeing Company.

    Pada 1 Agustus 2011, Sriwijaya Air meluncurkan buku panduan berbahasa braille dan program khusus untuk penanganan terhadap para Tuna Netra yang terbang dengan maskapai tersebut. Para awak kabin telah dilatih secara khusus untuk menangani penumpang yang memiliki kelemahan tersebut,diantaranya dengan cara pendekatan personal dan dengan sentuhan fisik.