Beranda Berita Daerah Indonesia Menuju Gerbang Resesi, Ini Kata Sri Mulyani

Indonesia Menuju Gerbang Resesi, Ini Kata Sri Mulyani

541
0
Indonesia

DETIKEPRI.COM, JAKARTAIndonesia adalah satu ngera diantara sekian banyak negara berkembang yang akan mengalami resesi yang di prediksi bakal terjadi pada tahun 2023.

Menanggapi hal ini Menteri Keuangan Sri Mulyani juga menyampaikan ke khawatirannya terhadap ekonomi Indonesia.

Dapak resesi akan dirasakan oleh Indonesia, terlebih lagi Sri Mulyani menjelaskan bahwa Indonesia akan menghadapi tantangan berat pada 2023.

Sebagaimana juga disampaikan IMF dan memperingatkan sepertiga ekonomi global bakal alami resesi pada 2023.

Direktur Pelaksana IMF, Kristalina Georgieva, mengatakan bahwa 2023 akan menjadi tahun yang “lebih sulit” dibanding tahun lalu karena perekonomian AS, Uni Eropa, dan China melambat.

Perang di Ukraina, kenaikan harga-harga, suku bunga yang naik, dan penyebaran Covid di China membebani ekonomi global.

Pada Oktober, IMF memangkas prospek pertumbuhan ekonomi global tahun 2023.

“Kami memperkirakan sepertiga perekonomian dunia akan mengalami resesi,” kata Georgieva dalam program berita CBS Face the Nation.

“Bahkan di negara yang tidak mengalami resesi, akan terasa seperti resesi bagi ratusan juta orang,” sambung dia.

Sementara itu, Presiden Joko Widodo, dalam kunjungannya ke Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat pada Senin (2/1) mengatakan “berharap Indonesia tidak terkena imbas resesi global”.

Katrina Ell, ekonom dari Moody’s Analytic yang berbasis di Sydney, menyampaikan prediksinya kepada BBC.

“Meski target mendasar kita adalah menghindari resesi global selama 2023, kemungkinannya akan sulit. Eropa, bagaimanapun, tidak akan lolos dari resesi dan AS tertatih-tatih di ambang,” kata Ell.

IMF memangkas prospek pertumbuhan ekonomi global pada 2023 akibat perang di Ukraina dan naiknya suku bunga karena bank sentral di seluruh dunia berupaya mengendalikan kenaikan harga.

Sejak itu, China membatalkan kebijakan nol Covid dan mulai membuka kembali ekonominya meski infeksi virus corona menyebar cepat di negara itu.

Georgieva memperingatkan bahwa China, sebagai ekonomi terbesar kedua di dunia, akan menghadapi awal tahun yang sulit.

“Untuk beberapa bulan ke depan, akan sulit bagi China, dan dampaknya terhadap pertumbuhan China akan negatif, begitu juga dampaknya terhadap kawasan dan pertumbuhan global,” kata dia.

IMF, dalam hal ini, berperan sebagai sistem peringatan dini ekonomi sebagai organisasi internasional beranggotakan 190 negara, yang juga bekerja sama untuk menstabilkan perekonomian global.

Komentar Georgieva akan memicu kekhawatiran orang-orang di seluruh dunia, tidak terkecuali Asia yang mengalami masa sulit pada 2022.

Inflasi terus meningkat di seluruh kawasan, sebagian besar dipicu oleh perang di Ukraina, sementara suku bunga yang lebih tinggi juga memukul rumah tangga dan bisnis.

Angka yang dirilis pada akhir pekan lalu menunjukkan ekonomi China melemah pada akhir 2022.

Indeks pembelian resmi (PMI) Desember menunjukkan bahwa aktivitas pabrik-pabrik China menyusut selama tiga bulan berturut-turut, dan merupakan penyusutan tercepat dalam hampir tiga tahun terakhir karena Covid menyebar di pabrik-pabrik tersebut.

Pada bulan yang sama, harga rumah di 100 kota turun selama enam bulan berturut-turut, menurut survei salah satu firma riset properti independen terbesar di negara itu, China Index Academy.

Bagaimana Dengan Indonesia?

Sejalan dengan IMF Menteri Keuangan Republik Indonesia Sri Mulyani juga menyampaikan ujian berat yang bakal di hadapi Indosia.

Ketika membuka Perdagangan Bursa Efek Indonesia 2023 pada Senin, Menteri Keuangan Sri Mulyani juga mengatakan tahun ini akan menjadi “ujian yang sangat berat”.