Beranda Liputan Khusus Politik Buzzer Jadi Pemicu Keterbelahan Rakyat, Ini Penjelasan Masinton Pasaribu

Buzzer Jadi Pemicu Keterbelahan Rakyat, Ini Penjelasan Masinton Pasaribu

964
0
Buzzer Rp mengadu keterbelahan
Ilustrasi sosial media yang selalu di gunakan Buzzer | Foto : Ilustrasi/Putra Piasaulu

DETIKEPRI.COM, POLITIK – Fenomena dan problema saat ini adalah perkembangan teknologi yang terus maju dan menjadi ruang gerak setiap orang dan pribadi untuk menyampaikan informasi tertentu.

Tak dapat dipungkiri bahwa dengan laman Sosial Media (SosMed) terus berjalan seperti apa adanya, dan bahkan berita dan informasi yang terkadang diragukan sumbernya juga menjadi zona nyaman untuk bisa terus melakukan adu domba ala teknologi.

Referensi-referensi berita yang di kutip menjadi persoalan baru ketika tulisan di media sosial menjadi polemik baru baik itu informasi yang sebenarnya atau tidak.

Tergantung pembelaan beberapa pihak tertentu, membolak-balikan fakta tentu terus bergulir dengan maksimal di Sosial Media.

Bahkan banyak konsentrasi para elit politik juga sudah berubah dari dunia nyata berpindah dan ngontrak di dunia maya.

Karena dengan gaya Buzzer yang terus melakukan blasting informasi dari kumpulan-kumpulan tertentu, bahkan pergerakan buzzer saat sangat terkoordinasi oleh pihak tertentu.

Seperti apa yang disampaikan Masinton Pasaribu di Video debat yang di publikasikan langsung oleh Liputan bahwa Buzzer tidak dapat dijadikan sumber lagi.

“Menurut saya buzzer ini tidak bisa dijadikan referensi, dan harus di filter itu, karena buzzer ini apapun bisa di omongin, dan tidak memiliki beban moral dan sosial bahkan iya bahkan mengadu keterbelahan, jika di lihat dari survey litbank kompas salah satu yang memicu keterbelahan itu adalah Buzzer.” terang politisi dari PDIP ini.

Dan Masinton Pasaribu juga menjelaskan bahwa Influencer masih bisa di filter, sementara Buzzer tidak bisa menjadi sumber dan harus di filter dengan baik.

Sejak 2014 hingga saat ini keterbelahan masyarakat Indonesia sangat terlihat, seperti ada unsur kesengajaan untuk membuat dua kubu agar saling bentrok, sehingga Indonesia dengan mudah untuk di susupi dan dimasuki oleh orang-orang tak bertanggung jawab.

Stop keterbelahan ini harus bersumber dari tampuk pimpinan tertinggi dan harus sudah di selesaikan secara global Nasional.

Sehingga terwujudnya keamanan dan ketertiban dalam bernegara untuk menjadi sebuah negara yang kuat dan negara yang mandiri.

Kepentingan-kepentingan politik yang justru mengadu domba rakyat Indonesia harus segera di hentikan dan harus hilang dari bumi pertiwi.

Kekuasaan yang hanya untuk orang-orang tertentu dan menghilangkan pertikaian terang yang selama ini ada unsur pembiaran.

Adil terhadap semua pihak itu juga wajib diterapkan bukan justru memberikan ketimpangan yang jelas-jelas terwujud saat ini.

Memilih pemimpin yang bijak tentu tidak mudah, banyak sekali persoalan-persoalan yang akan muncul kedepannya.

Kedewasaan bangsa ini akan terbukti dengan cara bangsa ini bisa menanggulangi persoalan dengan baik dan benar serta bijaksana.

Serta mampu menempatkan bangsa ini untuk lebih keberpihakan terhadap rakyat, karena rakyat seyogyanya adalah pendukung kuat untuk berdiri kokohnya sebuah negara.(PTR/Red)