Beranda Liputan Khusus Syiar Islam Dahulukan Adab baru Ilmu, Sebuah Study Penerapan Ahlaq dalam Islam

Dahulukan Adab baru Ilmu, Sebuah Study Penerapan Ahlaq dalam Islam

491
0

DETIKEPRI.COM,SYIAR ISLAM – Menjadi pribadi yang sempurna tidaklah mudah dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Bagi seorang terpelajar, sudah tentu ilmu yang dicari adalah ilmu yang bermanfaat dunia dan akhirat.

Dalam Islam Allah SWT memberikan kedudukan yang khusus bagi orang-orang yang rajin menuntut ilmu. Pendidikan adab dalam pembelajaran menjadi sangat berarti bagi umat Islam. Agar tetap menjaga Ahlaq yang di contohkan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam.

Pemahaman antara Adab dan ilmu adalah tingkatan yang diperoleh dari buah kedewasaan seseorang dalam menjalani kehidupan. Mengutip dari muslim.or.id bahwa ulama salaf, sangat perhatian pada masalah adab dan akhlaq pada kehidupan sehari-hari. Mereka menekankan pada menggeluti sesuatu bidang ilmu.

Imam Darul Hijrah dan Malik rahimahumullah berkata pada seorang pemuda Quraisy antara lai,

تعلم الأدب قبل أن تتعلم العلم

“Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu.”

Mengutip khiasan adab merupakan buah dari ilmu yang bermanfaat, syaikh Muhammad bin shalih Al- Utsaimin rohomahullah berpesan : “Seseorang Penuntut ilmu, jika tidak menghiasi dirinya dengan Ahlaq yang Mulia, maka tidak akan pernah berfaedah ilmunya”

Sungguh istimewa bagi orang-orang yang berilmu di sisi Allah SWT. Di sisi manusia Allah berikan keistimewaan bagi yang khusus. Namun ada hal yang sangat penting untuk di tekuni adalah adab. Maka penting bagi seseorang untuk mempelajari adab sebelum berilmu.

Mengutip dari Ibnul Mubarok mengatakan untuk mempelajari adab butuh waktu yang lebih panjang dari pada mempelajari sesuatu ilmu,”

“Kami mempelajari masalah adab itu selama 30 tahun, sedangkan ilmu yang kami pelajari selama 20 tahun,” Ujarnya.

Rasulullah shalallahu alaihi wasallam menerangkan tentang Islam, termasuk di dalamnya masalah adab. Seorang penuntut ilmu harus menghiasi dirinya dengan adab dan akhlak mulia. Dia harus mengamalkan ilmunya dengan menerapkan akhlak yang mulia, baik terhadap dirinya maupun kepada orang lain.

Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

أكملُ المؤمنين إيمانًا أحسنُهم خُلقًا

“Kaum Mu’minin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya” (HR. Tirmidzi no. 1162, ia berkata: “hasan shahih”).

Diketahui sejatinya Seorang muslim diwajibkan menuntut ilmu karena orang berilmu memiliki banyak keutamaan. Seorang muslim yang menuntut ilmu dan berilmu juga dijanjikan pahala oleh Allah. Misalnya, derajat orang berilmu ditinggikan, seperti dalam firman Allah SWT:

يَرۡفَعِ اللّٰهُ الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا مِنۡكُمۡ ۙ وَالَّذِيۡنَ اُوۡتُوا الۡعِلۡمَ دَرَجٰتٍ

Artinya: “Niscaya Allah akan mengangkat derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.”(Al-Mujadalah: 11).

Dan dalam hadits Rasulullah juga disebutkan bahwa orang yang berilmu, kemudian mengajarkan ilmunya kepada orang lain, akan selalu diberi ganjaran pahala walaupun ia telah meninggal dunia.

“Jika manusia meninggal, maka terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara: sedekah jariahnya, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang saleh yang mendoakan kedua orang tuanya.” (HR Bukhori dan Muslim).

Namun Islam mengajarkan kewajiban walaupun menuntut ilmu, Islam juga mengajarkan akan pentingnya adab dalam menuntut ilmu. Agar ilmu yang diperoleh tidak membuat seseorang menjadi sombong, takabur, angkuh dan ujub pada orang lain atas ilmu yang diperoleh nya.