DETIKEPRI.COM, KESEHATAN – Kejang sering terjadi pada anak tidak hanya bagi anak yang memiliki riwayat epilepsi, namun kondisi ini dapat dialaminya dengan beberapa hal.
Untuk orang tua jangan langsung khawatir dan panik, menangani anak kejang harus dengan tenang sehingga dapat ditangani dengan baik.
Penyebab kejang pada anak bisa dipengaruhi oleh berbagai kondisi, hal itu yang membuat penyebab pasti kejang belum diketahui dengan pasti. Lantas, keadaan seperti apa yang bisa membuat anak menjadi kejang? Simak selengkapnya di bawah ini.
Mengenali Berbagai penyebab Kejang pada Anak
Sebelum menjelaskan mengenai berbagai hal yang bisa menyebabkan seorang anak mengalami kejang, penting untuk diketahui bahwa sel saraf (neuron) di otak membuat, mengirim, dan menerima impuls listrik, di mana hal itulah yang memungkinkan sel saraf otak berkomunikasi. Apa pun yang mengganggu jalur komunikasi ini dapat menyebabkan kejang.
Berikut adalah berbagai penyebab kejang pada anak yang harus dipahami oleh orang tua, di antaranya:
1. Epilepsi
Penyebab paling umum dari kejang adalah epilepsi. Namun tidak setiap orang yang mengalami kejang menderita epilepsi. Penyakit yang dikenal juga sebagai penyakit ayan ini terjadi saat impuls listrik pada otak melebihi batas normal.
Kondisi ini bisa menyebar ke area di sekitarnya dan menimbulkan sinyal listrik yang tidak terkendali. Sinyal yang juga terkirim pada otot tersebut menimbulkan kedutan hingga kejang. Tingkat keparahan setiap orang berbeda-beda, ada yang berlangsung beberapa detik atau menyebabkan gerakan berulang.
2. Meningitis
Peradangan yang terjadi pada meningen, lapisan pelindung yang menyelimuti otak dan saraf tulang belakang ternyata juga bisa menjadi penyebab kejang pada anak. Meski kondisi ini memiliki gejala yang mirip dengan flu, orang tua harus mewaspadai bahwa selain menimbulkan kejang, kondisi ini dapat menyebabkan kekakuan pada leher.
3. Hiponatremia
Hiponatremia adalah kondisi di mana kadar kadar natrium (sodium) dalam darah di bawah batas normal. Padahal, natrium memiliki banyak fungsi bagi tubuh. Apabila kadar natrium turun dengan cepat, beberapa gejala yang bisa terjadi adalah kejang, mual, muntah, sakit kepala, lemas, kram, hingga menyebabkan penurunan kesadaran.
4. Cedera Kepala
Cedera kepala adalah kondisi di mana kepala mengalami benturan dari luar dan bisa menyebabkan menurunnya fungsi otak. Cedera kepala sendiri memiliki tingkat keparahan dari ringan, sedang, dan berat. Penyebab kejang pada anak umumnya terjadi jika anak mengalami cedera tingkat sedang hingga berat.
5. Tumor Otak
Penyebab kejang pada anak berikutnya juga bisa disebabkan oleh tumor otak. Kondisi ini terjadi akibat perubahan atau mutasi genetik di dalam sel otak, namun penyebab perubahan genetik ini belum diketahui dengan pasti.
Gejala tumor otak berbeda-beda tergantung jenis, ukuran, lokasi tumor, dan kecepatan pertumbuhannya. Selain kejang, kondisi ini juga bisa menimbulkan gangguan saraf dan sakit kepala.
6. Hidrosefalus
Penumpukan cairan di rongga otak atau sering disebut hidrosefalus bisa meningkatkan tekanan pada otak. Pada bayi/anak-anak, kondisi ini bisa membuat kepala membesar. Selain perubahan ukuran kepala, gejala yang bisa dialami anak adalah kejang, rewel, mudah mengantuk, muntah, enggan untuk menyusu, dan pertumbuhan yang terhambat.
7. Penurunan Kadar Oksigen ke Otak
Selain otak, kondisi yang juga disebut hipoksia serebral ini juga dapat mengakibatkan kerusakan sel, jaringan, maupun organ tubuh lainnya. Setiap orang yang memiliki kondisi ini dapat mengalami gejala yang berbeda-beda, ada yang muncul tiba-tiba dan memburuk dengan cepat (akut) atau berkembang secara perlahan (kronis).
8. Kejang Demam
Penyebab kejang pada anak yang paling umum terjadi adalah kejang demam. Kondisi ini dipicu oleh demam yang dialami anak, bukan kelainan di otak. Kejang demam umumnya terjadi pada anak usia 6 bulan hingga 5 tahun. Kejang pada anak yang terjadi saat demam sebenarnya adalah kondisi yang tidak berbahaya dan bukan penyakit serius.