18 Juni Dalam Sejarah : Wafatnya Raja Haji Fisabillah

    907
    0

    DETIKEPRI.COM, SEJARAH – Raja Haji Fisabillah adalah seorang pahlawan yang berasal dari tanah melayu dan namanya di abadikan sebagai Bandar Udara di Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.

    Hari ini 18 Juni 2021 bertepatan dengan wafatnya Raja Haji Fisabillah yang menurut beberapa sumber beliau lahir di Kota Lama, Ulusungai, Riau, 1725 dan meninggal di Kampung Ketapang, Melaka, Malaysia, 18 Juni 1784. Ia adalah salah satu pahlawan nasional Indonesia

    Raja Haji Fisabillah juga di nobatkan sebagai pahlawan nasional pada tahun 1997 sesuai dengan Keputusan Presiden RI No. 072/TK/1997 tanggal 11 Agustus 1997.

    Ia dimakamkan di Pulau Penyengat Inderasakti, Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau. Raja Haji Fisabililah merupakan adik dari Sultan Selangor pertama, Sultan Salehuddin dan paman sultan Selangor kedua, Sultan Ibrahim.

    Namanya diabadikan dalam nama bandar udara di Tanjung Pinang, Bandar Udara Internasional Raja Haji Fisabilillah, salah satu masjid yang ada di Selangor, Malaysia, yaitu kota Cyberjaya dinamakan Masjid Raja Haji Fisabililah

    BACA JUGA :  MUI Undang Sukmawati untuk Klarifikasi Puisinya

    Selain bandar udara di Tanjungpinang, namanya juga di abadikan pada jembatan trans Barelang (Batam Rempang Galang) tepatnya di jembatan 1 Barelang.

    Raja Haji Fisabililah atau dikenal juga sebagai Raja Haji marhum Teluk Ketapang adalah (Raja) Yang Dipertuan Muda Riau-Lingga-Johor-Pahang IV. Ia terkenal dalam melawan pemerintahan Belanda dan berhasil membangun pulau Biram Dewa di sungai Riau Lama.

    Karena keberaniannya, Raja Haji Fisabililah juga dijuluki (dipanggil) sebagai Pangeran Sutawijaya (Panembahan Senopati) di Jambi. Ia gugur pada saat melakukan penyerangan pangkalan maritim Belanda di Teluk Ketapang (Melaka) pada tahun 1784.

    Jenazahnya dipindahkan dari makam di Melaka (Malaysia) ke Pulau Penyengat oleh Raja Ja’afar (putra mahkotanya pada saat memerintah sebagai Yang Dipertuan Muda).

    BACA JUGA :  Rupiah Tembus Rp14.715, Akibat Likuiditas Dolar Amerika Serikat Ketat

    Dalam pertempuran pada subuh hari tanggal 18 Juni 1784 itu, pasukan Melayu di Riau di bawah pimpinan Raja Haji, panglima Telibing, Arung Lengge, Daeng Selikang, dan Haji Ahmad bertempur dengan penuh keberanian melawan pasukan Belanda yang datang menyerang.

    Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Riau-Johor memiliki cakupan wilayah yang cukup luas meliputi Johor, Pahan, Singapura, Kepulauan Riau dan beberapa daerah lain di Sumatera. Dalam waktu 10 tahun, Raja Haji diangkat menjadi Yang Dipertuan Muda IV pada 1777.

    Namun untuk detail datanya masih dalam tahap penelusuran kami, sebab ada beberapa sumber menyebutkan tentang nama Raja Haji Fisabillah dan juga tapak sejarah melayu khususnya kesultanan Riau Lingga, Johor dan Pahang.

    Sumber-sumber kongkrit sejarah dan tidak melanggar estetika sejarah yang sebenarnya harus benar-benar di bongkar dan di buka untuk umum.

    BACA JUGA :  Mitra Bahari Safety bersama CV Mitra Dinamis Gelar Pelatihan Alat Safety Kapal

    Sehingga tidak salah dalam memahami sebuah sejarah, dan tidak terjadi pelencengan sejarah yang akhirnya akan merugikan masyarakat itu sendiri.

    Apa yang selama di tulis tentang sejarah Raja Haji Fisabillah, tidak semuanya salah dan tidak juga semua benar, untuk itu harus benar-benar di bongkar sejarah dari akar sejarahnya.

    Bukan hanya mendengar cerita dari satu pihak ke pihak yang lain, karena ada sebuah rahasia yang sudah tentu banyak orang tidak mengetahuinya.

    Banyaknya sejarahwan kita mengambil bukti sejarah dan bahkan tepak sejarah berasal dari Belanda, sementara tepak sejarah yang ada di tanah Melayu masih perlu banyak arkeolog untuk melakukan penelitian yang lebih dalam.

    Sehingga sejarah sebenarnya akan terungkap, dan bukti hidup juga diperlukan, atau bahkan dari berbagai tulisan lama yang patut di telusuri.