DETIKEPRI.COM, PEMILU – Pemilu 2019 membuka sejarah baru di 5 dekade terakhir, pada pemilu ini banyak kecurangan dan kejanggalan akibat dari keperdulian masyarakat yang siap mengawal pemilu.
Pemilu 2019 menjadi ajang pembunuhan masal yang mengakibatkan 90 petugas pemilu dinyatakan meninggal dunia dan sekitar 375 petugas yang tercatat masih menjalani perawatan.
Tahun 2019 membuka sejarah baru dalam demokrasi Indonesia dengan banyak petugas pemilu meninggal mewajibkan pemerintah harus mengkajinulang pemilu serentak dan baru kali ini treshold sama dengan pemilu sebelumnya.
Terlebih lagi kecurangn demi kecurangan hadir, hal ini dipantau langsung oleh masyarakat bahkan keganjilan juga terjadi di SITUNG KPU.
Terlihat jelas jumlah suara di TPS bisa mencapai lebih dari 500 suara padahal fakta dilapangan suara yang tersedia hanya 250 hingga 300 kertas suara saja lantas dari mana suara yang lain.
KPU juga memberikan statmen bahwa hal tersebut diakibatkan ada kesalahan pengimputan dan mereka mengatakan bahwa hal itu akibat ‘human error’.
Yang menjadi pertanyaan dimasyarakat mengapa salah input terjadi berkali-kali dan memenangkan salah satu calon.
“KPU sebenarnya salah input atau tuman. Kok bisa salah input terjadi berkali-kali.” jelas seorang nitizen di laman media sosialnya.
Protes berkali-kali terus dilancarkan oleh masyrakat sebagai nitizen di media sosial. Masyarakat terlihat perduli dengan hasil pemilu namun belum ada perubahan yang baik dapat diharapkan masyarakat.
Disamping kecurangan pemilu kali ini juga menjadi pemilu ‘Berdarah’ pemilu yang mengakibatkan banyak korban dari petugas pemilu dan keamanan serta saksi pemilu.
Evaluasi pemilu 2019 memang harus dilakukan dengan segera sehingga apa yang terjadi kali ini menjadi intropeksi diri. Agar tidak terjadi lagi kondisi seperti ini. (Ptr)