Langkah Gatot Nurmantyo Yang Penuh Kontroversi

    2703
    0
    Gatot nurmantyo / foto : istimewa

    Detikepri.com, Adventorial – Karier Jenderal Gatot Nurmantyo sebagai Panglima TNI berakhir menjelang penutupan tahun 2017. Sepanjang menjabat sebagai Panglima TNI sejak 2015, Gatot beberapa kali menyita perhatian publik karena kontroversinya.

    Pada 2017, ada sejumlah pernyataan Gatot yang dinilai kontroversial dan beraroma politis. Misalnya, langkah dia memerintahkan jajaran TNI untuk menonton film Pengkhianatan G30S/PKI.

    Gatot menilai pemutaran film ini berguna agar kekejaman kaum komunis bisa diketahui masyarakat luas. Dia tidak sependapat jika pemutaran film tersebut dianggap untuk mendiskreditkan pihak tertentu.

    Lalu, ceramahnya di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, Minggu 4 Juni 2017, juga menuai polemik. Sebab, Gatot mengkritik demokrasi di Indonesia.

    Demokrasi di Tanah Air, kata dia, haruslah sesuai dengan ajaran Islam yang tecermin dalam sila keempat Pancasila. Namun, “Demokrasi kita tidak sesuai lagi dengan Pancasila, (karena) tidak melalui musyawarah dan mufakat lagi,” kata Gatot.

    BACA JUGA :  Mengenal Lebih Dekat Sosok Ansar Ahmad Dengan Teori Growthfull

    Demikian pula pada Mei 2017. Saat itu, Gatot membacakan puisi karya konsultan politik Denny JA, dalam Rapat Pimpinan Nasional Partai Golkar.

    Puisi tersebut berjudul “Tapi Bukan Kami Punya”. Bait-bait puisi itu berisi potret kehidupan rakyat Indonesia kini yang, dalam anggapan Denny JA, timpang.

    Melalui puisi ini, Gatot menyatakan ingin mengingatkan seluruh pihak agar waspada. Jangan sampai orang Indonesia terpinggirkan, seperti sosok Jaka, tokoh yang diceritakan dalam puisi tersebut.

    “Kalau tidak waspada, anakmu juga bisa seperti Jaka. Habis terpinggirkan, bukan orang Indonesia lagi, kita terpinggirkan. Puisi itu mewujudkan apabila kita tidak waspada, kita sama seperti Jaka nanti, kalau kita tak waspada, anakmu bisa seperti itu, anak saya juga,” tandas Gatot Nurmantyo di Kalibata, Jakarta Selatan, Rabu 24 Mei 2017.

    BACA JUGA :  Biografi "Is Somilah Tahqiq ( Ustad Oi )" Qori Perwakilan Kota Batam

    Pada awal Mei 207, Gatot juga melontarkan pernyataan berbau politis. Di Kompas TV, ia menampik anggapan bahwa sejumlah Aksi Bela Islam merupakan gerakan untuk mendongkel pemerintahan Jokowi.

    “Saya agak tersinggung kata-kata itu, karena saya umat Islam juga,” ujar Gatot dalam talkshow “Rosi” yang tayang Kamis 4 Mei 2017.

    Gatot menjelaskan dua organisasi Islam, yakni Muhammadiyah dan NU, menjadi motor bersama rakyat dari kelompok agama lain dalam merebut kemerdekaan. Ketika para ulama menggalang kekuatan masyarakat lain, Gatot mengingatkan, saat itu TNI belum ada.

    Sehingga, lanjut Gatot, keinginan dan naluri pejuang rakyat Indonesia yang kemudian berhasil membawa Indonesia menjadi negara yang merdeka meski hanya bermodalkan bambu runcing.

    “Apakah sejak perjuangan itu, yang mayoritas dilakukan umat Islam, lalu dipertahankan umat Islam dan kemudian umat Islam yang merusaknya? Tidak mungkin!” kata Gatot Nurmantyo.

    BACA JUGA :  Biografi dan Profil Mubaligh Muda Ustadz Anasrudin Albatamy

    Menjawab semua tudingan itu, Gatot menegaskan dirinya tidak sedang melakukan manuver politik. “Kalau orang politik sini akan melihat bodoh yang saya lakukan, konstituen saya akan kabur sebagian. Buktinya banyak yang berseberangan,” kata dia.

    Kalau dirinya benar berpolitik, semuanya akan baik-baik saja. “Kalau saya berpolitik ya baik-baik aja. Oh kamu baik-baik, PKI baik-baik, semuanya. Nah itu baru,” kata Gatot di Kompleks Parlemen, 27 September 2017.

    Pernyataan Gatot lainnya yang menuai kontroversi adalah terkait dengan adanya institusi nonmiliter yang memesan senjata secara ilegal. Dalam acara silaturahmi para jenderal dan purnawirawan, Gatot menyebut adanya oknum dari instansi di luar militer yang akan mendatangkan 5.000 senjata ilegal.