Rupiah Masih Enggan Bergerak ke Bawah, dan Bertahan di Rp.16.000 per dolar

    1377
    0
    Rupiah Masih Enggan Bergerak ke Bawah, dan Bertahan di Rp.16.000 per dolar | Photo : Ilustrasi/Net

    EKONOMI – Dalam kondisi pandemi Covid-19 ini berdampak pada rupiah terhadap dolar Amerika, saat ini rupiah mulai menguat dengan walau masih enggan untuk bergerak kebawah Rp.16.000.

    Penguatan ini menjadi berita baik bagi rakyat Indonesia, dengan demikian akan kembali bangkit dan tumbuh terhadap perkembangan ekonomi.

    Upaya yang dilakukan para pelaku perdagangan untuk membantu penguatan rupiah tidak menjadi sia-sia, sebab rupiah bisa bergerak kuat pada hari ini.

    Dilansir dari cnbcindonesia.com Nilai tukar rupiah kembali menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (27/3/2020) mendekati level Rp 16.000/US$.

    Begitu perdagangan hari ini dibuka, rupiah langsung menguat 1,08% ke Rp 16.100/US$. Sempat memangkas penguatan, rupiah akhirnya kembali melaju hingga menguat 1,38% ke Rp 16.050/US$.

    Rupiah melanjutkan penguatannya dalam dua perdagangan terakhir, dan semakin menjauhi level terlemah sejak krisis 1998 Rp 16.620/US$ yang dicapai di awal pekan ini.

    BACA JUGA :  Kembangkan Hybrid, Lamborghini Hilangkan Turbo

    Penguatan rupiah dipicu membaiknya sentimen terhadap risiko pelaku pasar setelah Pemerintah dan Senat AS telah mencapai kata sepakat untuk mengucurkan stimulus jumbo senilai US$ 2 triliun.

    Stimulus terbesar sepanjang sejarah tersebut digunakan untuk menghentikan pandemi virus corona (COVID-19) dan meminimalisir dampaknya ke perekonomian.

    AS kini menjadi negara dengan jumlah kasus COVID-19 terbanyak, melewati China yang merupakan asal virus tersebut. Berdasarkan data Johns Hopkins CSSE, hingga saat ini sudah ada 83.507 kasus positif COVID-19 di AS, sementara di China 81.782 kasus.

    Stimulus jumbo tersebut kini masih dalam tahap Rancangan Undang-Undang (RUU), dan sudah di-voting di Senat, dan disetujui secara mutlak.

    RUU tersebut kini dilemparkan ke House of Representative (DPR) guna di-voting, jika disepakati selanjutnya akan ditandatangani oleh Presiden AS Donald Trump dan sah menjadi Undang-undang. DPR AS rencananya akan melakukan voting pada hari Jumat waktu setempat.

    BACA JUGA :  Kapolsek Bintan Timur Kunjungi Koramil dan Camat

    Ketua DPR AS, Nancy Pelosi mengatakan, RUU tersebut akan disetujui dan mendapat dukungan penuh dari DPR. Dampaknya sentimen pelaku pasar kembali membaik, dan masuk ke aset-aset berisiko dengan imbal hasil tinggi, rupiah pun mendapat rejeki dari capital inflow ke RI.

    Hal tersebut tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menguat nyaris 8% di perdagangan sesi I. Berdasarkan data RTI nilai transaksi sepanjang sesi I sebesar Rp 6,59 triliun, dengan investor asing melakukan aksi beli bersih Rp 38,29 miliar di pasar reguler.

    Sementara itu di pasar obligasi, yield Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun hingga siang ini turun tajam sebesar 29,6 basis poin (bps) menjadi 7,979%.

    Sebagai informasi, pergerakan yield berbanding terbaik dengan harganya, ketika yield naik berarti harga sedang turun, sebaliknya ketika yield turun artinya harga sedang naik. Ketika harga naik, itu berarti sedang ada aksi beli di pasar obligasi.

    BACA JUGA :  Pengukuhan Persatuan Voli Seluruh Indonesia Propinsi Kepri Dihadiri Humas Polda Kepri

    Selain itu, dolar AS juga sedang mengalami tekanan setelah bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mengumumkan stimulus moneter yang masif pada hari Senin waktu setempat.

    The Fed mengumumkan akan melakukan program pembelian aset atau quantitative easing (QE) dengan nilai tak terbatas guna membantu perekonomian AS menghadapi tekanan dari pandemi virus corona (COVID-19). Aset yang akan dibeli seperti obligasi pemerintah, efek beragun aset perumahan (Residential Mortgage-Backed Security/RMBS), dan beberapa jenis efek lainnya.

    The Fed mengatakan akan melakukan QE seberapapun yang dibutuhkan untuk mendukung kelancaran fungsi pasar serta transmisi kebijakan moneter yang efektif di segala kondisi finansial dan ekonomi.