Salah seorang yang diperiksa adalah Erwin, yang tinggi darahnya di atas normal.
“Tensi saya tinggi walau pun saya tak punya riwayat (darah tinggi). Kata dokter saya kurang tidur. Lalu saya kena radang tenggorokan, sama kepala agak berat,” kata Erwin.
Erwin mengungkapkan untuk proses rekapitulasi tingkat kecamatan ini dimulai sejak pukul 10.00 pagi dan selesai pukul tengah malam.
“Tapi di rumah tak bisa tidur. Pikiran PPK ini sampai rumah saya bawa-bawa. Sampai ini belum selesai, saya tidak bisa tidur tenang,” katanya.
Petugas lain, Jamal yang sudah memiliki riwayat darah tinggi, sempat terjatuh dari motornya saat mendistribusikan kekurangan kotak suara di sejumlah TPS pada pemilu lalu.
“Sekitar setengah sembilan pagi. Jalanan masih sepi. Tiba-tiba kepala pusing, jatuh aja. Saat itu ditolong tukang ojek online,” cerita Jamal.
Setelah itu, Jamal sempat dibawa ke Puskesmas Kecamatan Menteng untuk beristirahat. “Tiga jam tidur, setelah itu kerja lagi,” katanya.
“Pusing, lemas, darah tinggi”
Bagi Ketua PPK Menteng, Abdul Khohar, kantor kecamatan sudah seperti rumah kedua.
Kegiatan persiapan logistik, distribusi logistik, penghitungan suara, fungsi koordinasi hingga keamanan telah mengurangi jam tidurnya.
Hal ini berlangsung sejak 10 hari sebelum pemungutan suara, katanya.
“Tidurnya hanya satu hingga dua jam. Untuk tidur di kantor kecamatan itu situasional. Kita pakai alas bekas bilik suara KPU dengan bantal tempat coblosan KPU,” ungkap Khohar kepada BBC News Indonesia, Rabu (24/04).
Dokter Puskesmas Kecamatan Menteng, Musdah Mulia, yang bertugas memeriksa petugas PPK mengungkapkan masalah kesehatan yang dikeluhkan rata-rata pusing, lemas, dan darah tinggi.
“Biasa kondisi seperti itu disebabkan masalah kecapekan atau kurang tidur, kurang istirahat. Paling tidak untuk mengimbangi kondisi-kondisi tersebut, sebaiknya minum multivitamin. Makan kalau bisa tetap sesuai dengan jadwalnya,” kata Musdah Mulia usai memeriksa sejumlah petugas PPK Menteng.