29 Mei dalam Sejarah : Meninggalnya Konstantinus XI Palaiologos Dragaš

    1513
    0
    Constantine XI | Foto : @1453insidejob Twitter

    DETIKEPRI.COM, SEJARAH – Membuka fakta-fakta sejarah terdahulu merupakan hal yang menarik dan sangat patut untuk di kulik. Terlebih memiliki nilai tersendiri bagi sebagian orang ataupun daerah itu sendiri.

    Sejarah adalah masa yang patut menjadi renungan dan juga menjadi iktibar yang cukup bagi setiap orang.

    Terkait tanggal 29 Mei, ternyata ada sejarah besar bagi bangsa Romawi, sebab di tanggal ini Konstantinus XI Palaiologos Dragaš (9 Februari 1404–29 Mei 1453) ialah kaisar terakhir Bizantium.

    Ia menyerukan penyatuan antara Gereja Ortodoks dan Gereja Katolik Roma untuk mendapat dukungan Barat agar mampu melawan bangsa Turki Utsmani pada tahun 1452, tetapi gagal. Ia berjuang mempertahankan Bizantium melawan tentara Mehmed II Sang Penakluk.

    Mengupas sedikit Bizantium Wilayah Timur

    Kekaisaran Romawi Timur atau Kekaisaran Bizantium (ejaan lain: Bizantin, Byzantin, Byzantinum, Byzantium) adalah wilayah timur Kekaisaran Romawi yang terutama berbahasa Yunani pada Abad Kuno dan Pertengahan.

    BACA JUGA :  Anton : Pekan Depan, Kantor Lurah Kijang Kota Pindah di Gedung Comunity Centre

    Penduduk dan tetangga-tetangga Kekaisaran Romawi Timur menjuluki negeri ini Kekaisaran Romawi atau Romania (Yunani: Ῥωμανία, Rōmanía). Kekaisaran ini berpusat di Konstantinopel, dan dikuasai oleh kaisar-kaisar yang merupakan pengganti kaisar Romawi kuno setelah runtuhnya Kekaisaran Romawi Barat.

    Tidak ada konsensus mengenai tanggal pasti dimulainya periode Romawi Timur. Beberapa orang menyebut masa kekuasaan Diokletianus (284-305) dikarenakan reformasi-reformasi pemerintahan yang ia perkenalkan, yang membagi kerajaan tersebut menjadi pars Orientis dan pars Occidentis.

    Pihak lainnya menyebut masa kekuasaan Theodosius I (379-395), atau setelah kematiannya pada tahun 395, saat kekaisaran terpecah menjadi bagian Timur dan Barat.

    Ada juga yang menyebut tahun 476, ketika Roma dijajah untuk ketiga kalinya dalam seabad yang menandakan jatuhnya Barat (Latin), dan mengakibatkan kaisar di Timur (Yunani) mendapatkan kekuasaan tunggal.

    BACA JUGA :  Ansar Ahmad ditunjuk Pimpin Majelis Pengurus Orwil ICMI Kepri 2022-2027

    Bagaimanapun juga, titik penting dalam sejarah Romawi Timur adalah ketika Konstantinus yang Agung memindahkan ibukota dari Nikomedia (di Anatolia) ke Byzantium (yang akan menjadi Konstantinopel) pada tahun 330.

    Negeri ini berdiri selama lebih dari ribuan tahun. Selama keberadaannya, Romawi Timur merupakan kekuatan ekonomi, budaya, dan militer yang kuat di Eropa, meskipun terus mengalami kemunduran, terutama pada masa Peperangan Romawi-Persia dan Romawi Timur-Arab.

    Kekaisaran ini direstorasi pada masa Dinasti Makedonia, bangkit sebagai kekuatan besar di Mediterania Timur pada akhir abad ke-10, dan mampu menyaingi Kekhalifahan Fatimiyah. Setelah tahun 1071, sebagian besar Asia Kecil direbut oleh Turki Seljuk.

    Restorasi Komnenos berhasil memperkuat dominasi pada abad ke-12, tetapi setelah kematian Andronikos I Komnenos dan berakhirnya Dinasti Komnenos pada akhir abad ke-12, kekaisaran kembali mengalami kemunduran. Romawi Timur semakin terguncang pada masa Perang Salib Keempat tahun 1204, ketika kekaisaran ini dibubarkan secara paksa dan dipisah menjadi kerajaan-kerajaan Yunani dan Latin yang saling berseteru.

    BACA JUGA :  Service The Villager di Buka oleh Kadisdukcapil Kabupaten Bintan di Kelurahan Sungai Enam

    Kekaisaran berhasil didirikan kembali pada tahun 1261 di bawah pimpinan kaisar-kaisar Palaiologos, tetapi perang saudara pada abad ke-14 terus melemahkan kekuatan kekaisaran. Sisa wilayahnya dicaplok oleh Kesultanan Utsmaniyah dalam Peperangan Romawi Timur-Utsmaniyah.

    Akhirnya, Konstantinopel berhasil direbut oleh Utsmaniyah pada tanggal 29 Mei 1453, menandai berakhirnya Kekaisaran Romawi Timur.

    Runtuhnya Konstatinopel adalah merupakan sejarah kelam bagi bangsa Romawi, yang dikalahkan pasukan Islam yang di komandoi oleh Muhammad Alfatih atau sering disebut sebagai Mehmed II.