DETIKEPRI.COM, PAYAKUMBUH – Sebagai Kota Madya Payakumbuh memiliki tradisi unik yang aestetik, banyak masyarakat Kota Payakumbuh melakukan tradisi ini sejak turun temurun, dan terus berlangsung hingga kini.
Tradisi-tradisi ini sebagai bukti tumbuh kembang adat yang terus tetap melekat di budaya Minangkabau terutama Kota Payakumbuh, terlebih lagi Minangkabau yang berlandaskan “Adek Basandi Sya’rak, Sya’rak Basandi Kitabullah” menjadikan acuan kuat dalam kehidupan masyarakat adat Minangkabau khususnya Kota Payakumbuh.
Berbendi-bendi berkeliling Kota Payakumbuh dengan iring-iringan menjadi satu pemandangan yang biasa ditemui di Kota Payakumbuh, dan ini acap kali dilakukan oleh masyarakat Kota Payakumbuh.
Terlebih lagi masayarakat Kota Payakumbuh yang mayoritas Muslim, menjadi dasar pula melakukan kegiatan-kegiatan Islam dan masuk dalam tradisi adat Kota Payakumbuh.
Kota Payakumbuh masuk dalam Luhak Lima Puluh, menjadikan Kota Payakumbuh memiliki tradisi turun temurun yang tak lenkang oleh waktu dan terkikis oleh zaman.

Hal ini menjadikan Kota Payakumbuh sebagai salah satu kota di bawah administratif Provinsi Sumatera Barat yang memiliki banyak kebudayaan dan kegiatan budaya yang dapat menjadi destinasi wisata budaya bagi semua masyarakat Kota Payakumbuh, Sumatera Barat dan Indonesia tentunya.
Salah satu kegiatan yang sering dilakukan oleh masyarakat Kota Payakumbuh adalah Khatam Qur’an dari semua tingkatan, Khatam Qur’an tidak seperti hal yang dilakukan di daerah lain di Luar Kota Payakumbuh dan di luar Provinsi Sumatera Barat.
Khatam Qur’an yang dilakukan disini dengan berbagai prosesi kegiatan adat dan memiliki corak tersendiri dalam setiap kegiatannya, salah satunya yang sering dilakukan oleh masyarakat Kota Payakumbuh untuk memeriahkan Khatam Qur’an adalah tradisi Berbendi-bendi bagi setiap peserta Khatam Qur’an.
Biasanya setiap peserta dibawa berkeliling menggunakan bendi dan berkeliling di rute yang telah di tentukan hingga berakhir di tempat Khatam Qur’an dan melakukan beberapa agenda kegiatan tambahan.
Banyaknya peserta Khatam Qur’an yang mengharuskan iring-iringan bendi membutuhkan pengawalan dari pihak kepolisian, hingga sampai ketempat tujuan yang telah di tentukan untuk mengikuti kegiatan puncak.
Hal ini dilakukan untuk menunjukan keperdulian besar terhadap peserta didik, yang telah berhasil menyelesaikan pendidikan Al-qur’annya dengan baik, tidak hanya berbendi-bendi.
Ada pula yang melakukan iring-iringan denga berjalan kali yang di damping oleh para Ustadz dan Ustadzah serta orang tua, dengan mengenakan pakaian Islami berbagai pernak pernik yang menambah warna dalam kegiatan Khatam Qur’an.
Pendidikan Al-Qur’an di Kota Payakumbuh khususnya dan pada umumnya di Provinsi Sumatera Barat diselenggarakan di Masjid, Sekolah, Pesantren dan pendidikan Islam lainnya.
Kegiatan puncak Khatam Qur’an biasanya dilakukan beberapa perlobaan baca Qur’an dan Tahfidz Qur’an, dan akan ada cendera mata bagi setiap peserta Khatam Qur’an.
Menjadi kegiatan positif dan tradisi yang harus di pertahankan, kegiatan ini harus mendapat perhatian serius baik dari pemerintah dan organisasi Islam lainnya.
Sehingga tradisi Khatam Qur’an dapat di akomodir menjadi tradisi positif dan turun temurun dipertahankan, dan juga dapat menjadi wisata budaya bagi Kota Payakumbuh.
Tradisi ini tidak banyak dilakukan di daerah lain diluar Sumatera Barat, untuk itu harus dijadikan sebuah kegiatan positif dan tidak memberatkan bagi orang tua didik.
Sehingga ada kenyamanan yang cukup untuk terus melesatarikan kegiatan ini hingga masa yang akan datang dan diteruskan oleh generasi yang akan datang, dan menjadi penarik wisatawan dengan di kemas sebaik mungkin.
Terlebih lagi Bendi di Kota Payakumbuh masih menjadi salah satu moda transfortasi khusus, yang harus di pertahankan, karena ini akan menjadi ciri khas kota Payakumbuh.
Hanya harus ada pembinaan serius dari pihak terkait termasuk pemerintah Kota Payakumbuh untuk mengatur para kusir bendi dan harus dijadikan moda transfortasi tradisional yang harus di pertahankan.
Penting bagi pemerintah untuk mempertahankan bendi-bendi yang ada di Kota Payakumbuh, terlebih lagi Kota Payakumbuh memiliki gelanggang pacuan kuda yang masih di pertahankan hingga kini.
Ini menjadi salah satu bentuk pelestarian budaya yang terus menurus hingga generasi saat ini, dan harus dijaga dan tetap menjadi kegiatan positif yang diperkenalkan kepada semua orang terutama para generasi pemuda dan pemudi Kota Payakumbuh.
Perhatian para tetua adat, ninik mamak, harus di kembalikan kepada anak dan kemanakan yang ada di Kota Payakumbuh, sebab jika ini tidak mendapat perhatian khusus maka akan terjadi pergeseran seni budaya yang mulai sedikit terlihat di masa sekarang ini.
Jangan lagi ada kata “Kuno” dalam pelestarian adat, menamkan tradisi adat dan budaya adat sudah menjadi kewajiban semua pihak, oleh karenanya tetua adat, ninik mamak, dan para pemuka adat lainnya sudah mulai merencanakan pendidikan adat yang serius di Kota Payakumbuh.

Saya seorang Wartawan di DETIKEPRI.COM yang dilindungi oleh Perusahaan Pers bernama PT. Sang Penulis Melayu, dan mendedikasikan untuk membuat sebuah produk berita yang seimbang sesuai kaidah Jurnalistik dan sesuai Etik Jurnalistik yang berdasarkan Undang-Undang Pers.