DETIKEPRI.COM, SAINS – Berbagai cara ‘melihat’ dunia membantu mengungkap bagaimana otak kita memproses informasi, Saat tumbuh dewasa, Roberto S. Luciani memiliki petunjuk bahwa otaknya bekerja secara berbeda dari kebanyakan orang.
Misalnya, ia mendengar orang-orang berbicara tentang bagaimana mereka membayangkan seperti apa seharusnya karakter dari sebuah buku. Ia tidak dapat memahami apa yang mereka maksud.
Namun, baru setelah ia remaja, semuanya menjadi jelas. Ibunya baru saja bangun dan bercerita kepadanya tentang mimpi yang dialaminya. “Seperti film,” begitulah ibunya menggambarkannya.
“Sampai saat itu, saya berasumsi bahwa penggambaran imajinasi dalam kartun itu dilebih-lebihkan,” kata Luciani. “Saya bertanya kepadanya apa maksudnya dan segera menyadari bahwa gambaran visual saya tidak berfungsi seperti miliknya.”
Ia memiliki kondisi yang disebut afantasia (AY-fan-TAY-zhee-uh). Kondisi ini merupakan ketidakmampuan untuk membayangkan objek, orang, dan pemandangan dalam pikiran seseorang.
Saat Luciani tumbuh dewasa, istilah tersebut bahkan belum ada. Sekarang ia mempelajari kondisi tersebut sebagai ilmuwan kognitif di Universitas Glasgow di Skotlandia.
Ia dan ilmuwan lainnya mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang cara kerja beberapa otak, termasuk otak yang memiliki mata batin yang buta.
Dalam sebuah penelitian baru-baru ini, Luciani dan rekan-rekannya meneliti bagaimana indra kita berinteraksi. Dalam kasus ini, mereka berfokus pada pendengaran dan penglihatan.
Pada otak kebanyakan orang, kedua indra ini bekerja sama. Informasi suara memengaruhi aktivitas di area otak yang menangani penglihatan.
Namun pada orang dengan afantasia, hubungan ini tidak sekuat itu. Tim tersebut melaporkan hal ini pada tanggal 4 November di Current Biology.
Ketika otak “melihat” suara
Para peneliti merekrut orang untuk berbaring di pemindai otak, dengan mata tertutup. Para relawan mendengarkan tiga pemandangan suara: Hutan yang penuh dengan burung, kerumunan orang, dan jalan yang ramai dengan lalu lintas.
Pada 10 orang tanpa afantasia, pemandangan suara ini memicu aktivitas dalam sistem visual otak. Seolah-olah suara tersebut mengarahkan mereka untuk membentuk gambaran mental. Namun pada 23 orang dengan afantasia, pola ini lebih lemah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa indra dapat dihubungkan di dalam otak hingga tingkat yang berbeda-beda, kata Lars Muckli. Ia juga seorang ahli saraf kognitif di Universitas Glasgow.
Di salah satu ujung rentang tersebut terdapat orang-orang dengan sinestesia, katanya. Dalam kondisi ini, suara dan penglihatan sangat bercampur. Misalnya, seseorang dengan sinestesia mungkin mendengar musik sebagai bentuk atau mengaitkan suara huruf dengan warna tertentu.
“Di rentang tengah, Anda merasakan mata pikiran,” kata Muckli. Mungkin suara memicu gambar dalam pikiran Anda, meskipun Anda tahu gambar tersebut tidak nyata.
“Maka Anda mengalami afantasia,” kata Muckli. “Suara tidak memicu pengalaman visual apa pun, bahkan yang samar sekalipun.”
Hasil penelitian membantu menjelaskan bagaimana otak orang-orang dengan dan tanpa afantasia berbeda, kata Muckli. Hasil tersebut juga memberikan petunjuk tentang cara kerja otak kita secara umum. “Indra otak lebih saling berhubungan daripada yang dijelaskan dalam buku teks.”
Temuan tersebut juga menyoroti bagaimana orang dapat memahami dunia dengan cara yang sangat berbeda. Afantasia “ada dalam ranah perbedaan yang tidak terlihat antara orang-orang yang membuat pengalaman hidup kita menjadi unik, tanpa kita sadari,” kata Luciani.
“Saya merasa sangat menarik bahwa mungkin ada perbedaan lain yang mengintai di balik asumsi kita bahwa orang lain mengalami dunia seperti kita.”
SUMBER : snexplores.org

Saya seorang Wartawan di DETIKEPRI.COM yang dilindungi oleh Perusahaan Pers bernama PT. Sang Penulis Melayu, dan mendedikasikan untuk membuat sebuah produk berita yang seimbang sesuai kaidah Jurnalistik dan sesuai Etik Jurnalistik yang berdasarkan Undang-Undang Pers.