DETIKEPRI.COM, EKBIS – Bukalapak adalah sebuah marketplace terbesar di Indonesia, dan memiliki banyak penjual yang membuka lapak di Bukalapak dan juga jumlah kunjungan yang cukup baik, dengan berbagai kalangan.
Melalui PT. Bukalapak.com yang berdiri sejak tahun 2010 yang dimotori oleh Achmad Zaky cs menjadi perseoran terbatas (PT) pada tahun 2011. Pada awal pendiriannya Bukalapak sempat mengalami masa-masa sulit untuk menjalankan bisnis online ini.
Bukalapak mulai menghirup udara segar dan mulai di lirik investor Batavia Incubator, yang notabene merupakan perusahaan gabungan dari Rebright Partners yang dipimpin oleh Takeshi Ebihara, Japanese Incubator dan Corfina Group.
Dengan bantuan perusahaan gabungan yang berasal dari Jepang menjadikan Bukalapak dapat berdiri dengan baik dan mulai mengembangkan sayap bisnisnya. Bukalapak kembali mendapat pendanaan dari perusahaan asal Jepang GREE Venture pada Maret 2014.
Pada Tahun yang sama Bukalapak juga mendapat suntikan investasi dari Aucfan, IREP 500 Starup dan juga GREE Venture.
Pada Tahun yang sama pula Bukalapak meluncurkan aplikasi selularnya untuk Android. Melalui aplikasi Mobile Bukalapak, mereka berupaya mempermudah penjual mengakses lapak dagangannya dan melakukan transaksi melalui smartphone.
Pada tahun berikutnya tepatnya di tahun 2015 Bukalapak kembali mendapatkan suntikan dana sebesar Rp.439 miliar rupiah dari EMTEK.
Pada tahun 2019, lagi-lagi Bukalapak dilaporkan mendapat pendanaan kembali dari Korea Selatan melalui Mirae Asset-Naver Asia Growth Fund, dengan nilai ditaksir mencapai 50 juta dolar AS. Ditambah berbagai suntikan dana dari Investor lainnya.
Di tahun 2021, Bukalapak yang berstatus unicorn, melakukan penawaran saham umum perdana (initial public offering/IPO) di Bursa Efek Jakarta (BEI) tepatnya pada 6 Agustus 2021. Hal ini membuat Bukalapak menjadi unicorn Indonesia pertama yang melantai di BEI.
Bukalapak atau BUKA mencatatkan nilai IPO sebesar Rp21,9 triliun yang sekaligus jadi rekor IPO terbesar Indonesia. Setelahnya, BUKA mencatatkan rugi bersih Rp1,67 triliun (2021), Rp1,98 triliun (2022), Rp1,36 triliun (2023), serta Rp1,32 triliun (hingga kuartal III 2024).
Lantas apa penyebab utama Bukalapak hingga melakukan transisi bisnis dan menutup halaman pelapak hingga maret 2025.
Peningkatan Produk Virtual
Melalui blog resmionya Bukalapak menginformasikan kepada seluruh pengguna baik pelapak dan pembeli bahwa Bukalapak melakukan transformasi dalam upaya peningkatan fokus pada produk virtual sebagai bagian dari langkah strategisnya, serta menyampaikan penghentian operasional penjualan Produk Fisik di Marketplace Bukalapak.
Bukalapak juga menyadari bahwa tranformasi ini akan membawa perubahan besar dan akan berdampak pada usaha pelapak, dan Bukalapak berkomitmen untuk membuat proses transisi ini berjalan sebaik mungkin.
Hal-hal yang disiapkan Bukalapak seperti :
1. Saldo dan Pengembalian Dana
2. Pengunduhan Data Transaksi dan Riwayat Penjualan
3. Bagi Pembeli masih tetap melakukan transaksi melalui produk virtual.
Bukalapak juga menyampaikan bahwa pada 9 Februari 2025 tepatnya pukul 23:59 Wib menjadi tanggal terakhir pembelian dan membuat pesanan terkait produk seperti : Aksesoris Rumah, Elektronik, Evoucher, Fashion Anak, Fashion Pria, Fashion Wanita, Food, Games, Handphone, Hobi & Koleksi, Industrial, Kamera, Kesehatan, Komputer, Logam Mulia, Luxury, Media, Mobil, Part & Aksesoris, Motor, Olahraga, Perawatan & Kecantikan, Perawatan Rumah Tangga, Perlengkapan Bayi, perlengkapan Kantor, Personal Car, Rumah Tangga, Sepeda, Tiket & Voucher, Vape.
Di blog resminya Bukalapak juga menyampaikan bahwa penonaktifan pengunggahan produk baru, Penyelesaian pengelolaan pesnana, Pengembalian dana otomatis, Pencairan dana.
Alasan di tutupnya Fasilitas layanan jual dan beli produk fisik
Bukalapak menjelaskan bahwa penutupan layanan jual dan beli produk fisik yang secara resmi di sampaikannya berkaitan dengan perubahan strategi bisnis Bukalapak.
Melalui keterangan resmi, manajemen Bukalapak memastikan bahwa Bukalapak tidak melakukan perubahan kegiatan usaha. Selanjutnya, penghentian layanan penjualan produk fisik di platform marketplace, hal ini juga tidak berdampak pada material dan pengaruh terhadap pendapatan perusahaan.
Manajemen juga menjelasan bahwa produk fisik di platform Bukalapak memiliki kontribusi dari 3% terhadap total pendapatan perusahaan. Sebaliknya, langkah ini mendukung upaya untuk mencapai EBITDA positif dan memastikan keberlanjutan bisni yang sehat dan menguntungkan.
Pihak manajemen Bukalapak juga menerangkan bahwa perubahan transformasi usaha untuk berfokus pada layanan produk virtual dapat memperkuatan posisi Bukalapak dalam ekosistem digital serta memberikan layanan terbaik kepada pengguna.
Langkah ini adalah bagian dari strategi jangka panjang perusahaan untuk terus relevan dan kompetitif di industri digital.
Pada Kuartal ke Tiga 3/2024, Bukalapak mencatat kas, setara kas, dan investasi likuid sebesar Rp 19 Triliun. Manajemen berencana menggunakan dana ini untuk mendukung pertumbuhan perseroan dan entitas anak perusahaan, sehingga dapat memberikan manfaat yang optimal bagi para pemangku kepentingan, terutama pemegang saham.

Saya seorang Wartawan di DETIKEPRI.COM yang dilindungi oleh Perusahaan Pers bernama PT. Sang Penulis Melayu, dan mendedikasikan untuk membuat sebuah produk berita yang seimbang sesuai kaidah Jurnalistik dan sesuai Etik Jurnalistik yang berdasarkan Undang-Undang Pers.