DETIKEPRI.COM, SYIAR ISLAM – Dahulunya sebelum terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pulau-pulau di Indonesia di Kuasai oleh para Raja-Raja di setiap daerahnya, Kerajaan Kerajaan ini menganut Agama Hindu-Bunda, dan ada sebagian menganut Agama Kepercayaan yang turun temurun dari nenek moyang mereka.
Yang kemudian Islam hadir di Nusantara dan menyebar secara masif di setiap daerah di Nusantara, dan banyak tokoh menyebutkan bahwa Islam hadir di Nusantara oleh beberapa orang alim yang berasal dari Arab, ada juga yang mengatakan bahwa berasal dari para pedagang gujarat, dan ada pula yang menyebutkan berasal dari China.
Semua teori berasal dari pengkajian sejarah melalui peninggalan dan berbagai bukti lainnya, untuk lebih pastinya seperti apa Islam datang awal mulaya di Nusantara.
Yang jelas hingga saat ini Islam menjadi satu Agama terbesar di Nusantara yang saat ini bernama Indonesia yang terangkum dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Islam di Indonesia adalah agama terbesar dengan persentase 87,02% penduduk Indonesia mengidentifikasi diri mereka sebagai Muslim dalam survei tahun 2018. Indonesia adalah negara berpenduduk mayoritas Muslim terbesar kedua di Dunia setelah Pakistan, dengan sekitar 231 juta penganut.
Dalam hal denominasi, mayoritas (98,8%) adalah Muslim Sunni, sementara 1-3 juta (1%) adalah Syiah, dan terkonsentrasi di sekitar Jakarta, dan sekitar 400.000 (0,2%) Muslim Ahmadiyah. Dari segi mazhab fikih, berdasarkan statistik demografi, 99% umat Islam Indonesia sebagian besar mengikuti mazhab Syafi’i, meskipun ketika ditanya, 56% lainnya tidak mengikuti mazhab tertentu.
Islam di Indonesia:
- Sunni (98.8%)
- Syiah (1%)
- Ahmadiyah (0.2%)
Kecenderungan pemikiran dalam Islam di Indonesia secara garis besar dapat dikategorikan menjadi dua orientasi: “modernisme”, yang menganut erat teologi ortodoks sambil merangkul pembelajaran modern, dan “tradisional”, yang cenderung mengikuti interpretasi tokoh agama setempat dan ustaz di pesantren. Ada juga kehadiran penting secara historis dari bentuk sinkretis Islam yang dikenal sebagai kejawen.
Islam di Indonesia dianggap telah menyebar secara bertahap melalui aktivitas pedagang oleh para pedagang Muslim Arab, adopsi oleh penguasa lokal, dan pengaruh sufisme sejak abad ke-13.
Selama era kolonial akhir, itu diadopsi sebagai panji melawan kolonialisme. Sekarang, meskipun Indonesia mempunyai mayoritas penduduk beragama Islam, Indonesia bukanlah sebuah Negara Islam, namun secara konstitusional merupakan negara sekuler (tidak berlandaskan hukum/aturan agama dan tidak menetapkan agama resmi negara) yang pemerintahannya secara resmi mengakui enam agama formal.
Pemerintah secara resmi mengakui enam agama: Islam, Protestan, Katolik Roma, Hindu, Budha, dan Konghucu. meskipun pemerintah juga secara resmi mengakui agama lokal Indonesia.
Persebaran
Muslim merupakan mayoritas di sebagian besar wilayah Jawa, Sumatera, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi, wilayah pesisir Kalimantan, dan Maluku Utara. Muslim membentuk minoritas yang berbeda di Papua, Bali, Nusa Tenggara Timur, sebagian Sumatera Utara, sebagian besar wilayah pedalaman Kalimantan, dan Utara Sulawesi.
Bersama-sama, daerah non-Muslim ini awalnya merupakan lebih dari sepertiga dari Indonesia sebelum upaya transmigrasi besar-besaran yang disponsori oleh pemerintah Suharto dan migrasi internal spontan baru-baru ini.
Migrasi internal telah mengubah susunan demografis negara selama tiga dekade terakhir. Ini telah meningkatkan persentase Muslim di bagian timur negara yang sebelumnya didominasi Kristen.
Pada awal 1990-an, orang Kristen menjadi minoritas untuk pertama kalinya di beberapa wilayah Kepulauan Maluku. Sementara transmigrasi yang disponsori pemerintah dari Jawa yang berpenduduk padat dan Madura ke daerah berpenduduk lebih sedikit berkontribusi pada peningkatan populasi Muslim di daerah pemukiman kembali, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa pemerintah bermaksud untuk menciptakan mayoritas Muslim di daerah Kristen peninggalan Belanda itu.
Islam di Indonesia berdasarkan provinsi & kawasan
Ini data tabel presentase muslim di Indonesia menurut provinsi, disediakan oleh Kementerian Dalam Negeri:
Provinsi | Populasi Muslim | Total populasi | Presentase Muslim |
---|---|---|---|
Aceh | 5,492,487 | 5,570,453 | 98.61 |
Bali | 444,905 | 4,361,106 | 10.23 |
Kepulauan Bangka Belitung | 1,391,050 | 1,537,627 | 90.50 |
Banten | 11,968,731 | 12,628,199 | 94.74 |
Bengkulu | 2,066,774 | 2,115,024 | 97.74 |
Jawa Tengah | 37,273,804 | 38,280,887 | 97.16 |
Kalimantan Tengah | 2,071,419 | 2,784,971 | 74.31 |
Sulawesi Tengah | 2,521,437 | 3,185,130 | 79.20 |
Jawa Timur | 40,583,542 | 41,714,928 | 97.09 |
Kalimantan Timur | 3,538,416 | 4,050,079 | 87.33 |
Nusa Tenggara Timur | 536,187 | 5,675,711 | 9.44 |
Gorontalo | 1,219,899 | 1,244,090 | 98.04 |
Daerah Khusus Ibukota Jakarta | 9,334,665 | 11,135,191 | 83.89 |
Jambi | 3,608,236 | 3,795,579 | 95.12 |
Lampung | 8,732,010 | 9,082,727 | 96.10 |
Maluku | 1,013,828 | 1,925,301 | 52.70 |
Kalimantan Utara | 557,866 | 760,724 | 73.43 |
Maluku Utara | 1,025,988 | 1,374,859 | 74.61 |
Sulawesi Utara | 846,751 | 2,643,125 | 32.04 |
Sumatera Utara | 10,394,827 | 15,548,873 | 66.67 |
Papua | 318,630 | 1,093,447 | 29.14 |
Riau | 6,065,816 | 6,969,031 | 86.93 |
Kepulauan Riau | 1,740,897 | 2,220,043 | 78.30 |
Kalimantan Selatan | 4,139,240 | 4,266,342 | 97.03 |
Sulawesi Selatan | 8,530,712 | 9,460,344 | 90.10 |
Sumatera Selatan | 8,723,627 | 8,973,168 | 97.20 |
Sulawesi Tenggara | 2,669,149 | 2,785,517 | 95.80 |
Jawa Barat | 49,156,524 | 50,489,208 | 97.26 |
Kalimantan Barat | 3,383,882 | 5,598,190 | 60.40 |
Nusa Tenggara Barat | 5,491,178 | 5,666,314 | 96.91 |
Papua Barat | 217,652 | 569,910 | 38.20 |
Sulawesi Barat | 1,225,677 | 1,460,753 | 83.91 |
Sumatera Barat | 5,647,211 | 5,788,436 | 97.39 |
Daerah Istimewa Yogyakarta | 3,469,496 | 3,731,047 | 93.04 |
Papua Barat | 217,652 | 569,910 | 38.20 |
Papua Barat Daya | 234,547 | 616,132 | 38.10 |
Papua Tengah | 163,483 | 1,362,519 | 12.00 |
Papua Pegunungan | 26,539 | 1,466,738 | 1.81 |
Papua Selatan | 146,833 | 545,861 | 26.90 |
Kawasan | populasi Muslim | Total populasi | Muslim % |
---|---|---|---|
Jawa | 151,786,762 | 157,979,460 | 96.00 |
Kalimantan | 13,690,823 | 16,701,913 | 78.47 |
Kepulauan Sunda Kecil | 6,472,270 | 15,703,131 | 41.20 |
Kepulauan Maluku | 2,039,816 | 3,192,479 | 61.70 |
Sumatra | 53,862,935 | 61,600,961 | 87.43 |
Sulawesi | 17,013,625 | 20,778,959 | 81.81 |
Papua | 1,107,684 | 5,654,607 | 19.63 |
Indonesia | 245,973,915 | 281,611,510 | 87.33 |
Perbedaan Islam di Indonesia
Dokumentasi klasik membagi Muslim Indonesia antara Muslim “nominal”, atau abangan, yang gaya hidupnya lebih berorientasi pada budaya non-Islam, dan Muslim “ortodoks”, atau santri, yang menganut norma-norma Islam Ortodoks.
Di Jawa, santri tidak hanya merujuk pada orang yang secara sadar dan eksklusif Muslim, tetapi juga menggambarkan orang-orang yang telah melepaskan diri dari dunia sekuler untuk berkonsentrasi pada kegiatan kebaktian di sekolah-sekolah Islam yang disebut pesantren—secara harafiah berarti “tempat santri”. Istilah dan sifat yang tepat dari diferensiasi ini diperdebatkan sepanjang sejarah, dan hari ini dianggap usang.
Di era kontemporer, sering dibuat perbedaan antara “tradisionalisme” dan “modernisme”. Tradisionalisme, yang dicontohkan oleh organisasi masyarakat Nahdlatul Ulama, dikenal sebagai pendukung setia Islam Nusantara, sebuah merek khas Islam yang telah mengalami interaksi, kontekstualisasi, pribumisasi, interpretasi, dan vernakularisasi sejalan dengan sosial budaya kondisi di Indonesia.
Di spektrum lain adalah modernisme, yang sangat diilhami oleh Modernisme Islam, dan organisasi masyarakat Muhammadiyah dikenal sebagai pendukung Islam Berkemajuan.
Muslim modernis mengadvokasi reformasi Islam di Indonesia, yang dianggap telah menyimpang dari ortodoksi Islam historis. Mereka menekankan otoritas Qur’an dan Hadits, dan menentang sinkretisme dan taqlid kepada ulama. Pembagian ini, bagaimanapun, juga telah dianggap sebagai penyederhanaan yang berlebihan dalam analisis baru-baru ini.
Sejak 1990-an, Muhammadiyah telah bergerak ke arah yang lebih berorientasi Salafi. Salafisme adalah cabang Islam yang menyerukan untuk memahami Al-Qur’an dan Sunnah menurut generasi pertama umat Islam, dan untuk menghindari hal-hal yang diperkenalkan kemudian dalam agama, telah terlihat ekspansi dalam masyarakat Indonesia.
Denominasi
Penyebaran Islam menurut sejumlah catatan
Menurut Thomas Walker Arnold, sulit untuk menentukan bilakah masa tepatnya Islam masuk ke Indonesia. Hanya saja, sejak abad ke-2 Sebelum Masehi orang-orang Ceylon telah berdagang dan masuk abad ke-7 Masehi, orang Ceylon mengalami kemajuan pesat dalam hal perdagangan dengan orang Cina.
Hinggalah, pada pertengahan abad ke-8 orang Arab telah sampai ke Kanton. Waktu masuknya Islam di Nusantara sudah berlangsung sejak abad ke-7 dan 8 Masehi.
Namun, perkembangan dakwah baru betul dimulai kala abad ke-11 dan 12. Artinya dakwah di Nusantara sudah merentang selama beberapa abad pada masa-masa awal. Indonesia sendiri pada masa-masa itu, tidaklah asing dari pandangan musafir Arab. Sulaiman at-Tajir misalnya, sampai ke kawasan Zabij yang ada di timur India.
Dilengkapi pula oleh catatan ahli geografi sejaman, Ibnu Khurdadzbih bahwa Zabij dipimpin seorang Maharaja, yang juga disetujui oleh pendapat Yaqut al-Hamawi dan Al-Mas’udi.
Belakangan, pendapat soal negeri Maharaja ini disetujui sejarawan Arab modern, Husain Mu’nis, bahwa ia merujuk pada daerah yang kini ada di kawasan Indonesia modern.
Mengenai tempat asal kedatangan Islam yang menyentuh Indonesia, di kalangan para sejarawan terdapat beberapa pendapat. Ahmad Mansur Suryanegara mengikhtisarkan teori masuknya Islam dalam tiga teori besar.
Pertama, teori Gujarat. Islam dipercayai datang dari wilayah Gujarat – India melalui peran para pedagang India muslim pada sekitar abad ke-13 M. Kedua, teori Makkah. Islam dipercaya tiba di Indonesia langsung dari Timur Tengah melalui jasa para pedagang Arab muslim sekitar abad ke-7 M.
Ketiga, teori Persia. Islam tiba di Indonesia melalui peran para pedagang asal Persia yang dalam perjalanannya singgah ke Gujarat sebelum ke nusantara sekitar abad ke-13 M.
Mereka berargumen akan fakta bahwa banyaknya ungkapan dan kata-kata Persia dalam hikayat-hikayat Melayu, Aceh, dan bahkan juga Jawa. Selain itu pula, temuan Marco Polo juga menyatakan sebagai dampak interaksi orang-orang Perlak di Aceh, mereka telah mengenal Islam.
Selama masa-masa ini, dinyatakan oleh Van Leur dan Schrieke, bahwa penyebaran Islam lebih terbantu lewat faktor-faktor politik alih-alih karena niaga.
Pandangan lain dari AH Johns dan SQ Fatimi menyebutkan penyebaran Islam bertumpu pada imam-imam Sufi yang cakap dalam soal kebatinan, dan bersedia menggunakan unsur-unsur kebudayaan pra Islam dan mengisinya kembali dengan semangat yang lebih Islami. Peranan agamawan itu yang bisa dilihat dalam proses sejarah Islamisasi kawasan.
Di Samudera Pasai misalnya, pelopor dakwah Islam adalah seorang ulama yang disebut Syekh Ismail dan bertanggung jawab memperkenalkan Islam sampai kepada rajanya, Merah Silu dan masuk Islam dengan nama Malik al-Saleh.
Begitu pun pada kasus Islamisasi kerajaan Malaka, yang raja pertamanya adalah Iskandar Syah, masuk Islam dengan perantara ulama yang dalam catatan Sejarah Melayu adalah Maulana Sadar Jahan.
Dari kondisi-kondisi di atas, hal itu menjelaskan bahwa Islam telah menjadi posisi sentral dalam sosial politik dan budaya tempatan, malahan hingga menjadi unsur terbentuknya kerajaan.
Selain itu pula, sejarah di atas menunjukkan bahwa masa awal sejarah dakwah Islam di Nusantara berlangsung dari kawasan pantai timur Sumatera, pantai utara Jawa, dan terlibat secara intensif dalam kawasan dagang jarak jauh Samudera Hindia dan Laut Cina Selatan.
Di Pulau Sulawesi, Islam menyebar melalui hubungan Kerajaan-Kerajaan setempat dengan para Ulama dari Mekkah dan Madinah, yang sebelumnya pula sempat singgah di Hadramaut untuk menyebarkan agama Islam ke seluruh pelosok Nusantara.
Selain itu, pengaruh dari Ulama Minang di wilayah Selatan pulau Sulawesi turut mengantarkan Kesultanan Gowa dan Kesultanan Bone untuk memeluk agama Islam.
Sementara itu, pengaruh dari Kesultanan Ternate turut berperan penting dalam penyebaran agama Islam di pulau Sulawesi bagian tengah dan Utara. Salah satu buktinya adalah eksistensi Kesultanan Gorontalo sebagai salah satu Kerajaan Islam paling berpengaruh di Semenanjung Utara Sulawesi hingga ke Sulawesi bagian Tengah dan Timur.
Selain pengaruh Kesultanan Ternate, Ulama-Ulama besar yang hijrah ke wilayah jazirah utara dan tengah Sulawesi pun turut mempercepat penyebaran agama Islam di wilayah ini. Selain itu, Kesultanan Tidore yang juga menguasai Tanah Papua, sejak abad ke-17, telah berhasil melakukan upaya penyebaran agama Islam hingga mencapai wilayah Semenanjung Onin di Kabupaten Fakfak, Papua Barat.
Kalau ahli sejarah Barat beranggapan bahwa Islam masuk di Indonesia mulai abad 13 adalah tidak benar, Abdul Malik Karim Amrullah berpendapat bahwa pada tahun 625 M sebuah naskah Tiongkok mengkabarkan bahwa menemukan kelompok bangsa Arab yang telah bermukim di pantai Barat Sumatra (Barus).
Pernyataan yang hampir senada dikemukakan Arnold, bahwa mungkin Islam telah masuk ke Indonesia sejak abad-abad awal Hijriah. Meskipun kepulauan Indonesia telah disebut-sebut dalam tulisan ahli-ahli bumi Arab, di dalam tarikh Cina telah disebutkan pada 674 M orang-orang Arab telah menetap di pantai barat Sumatra.
Pada tahun 30 Hijriyah atau 651 M semasa pemerintahan Khilafah Islam Utsman bin Affan (644-656 M), memerintahkan mengirimkan utusannya (Muawiyah bin Abu Sufyan) ke tanah Jawa yaitu ke Jepara (pada saat itu namanya Kalingga).
Hasil kunjungan duta Islam ini adalah raja Jay Sima, putra Ratu Sima dari Kalingga, masuk Islam. Namun menurut Hamka sendiri, itu terjadi tahun 42 Hijriah atau 672 Masehi.
Pada tahun 718 M raja Sriwijaya Sri Indravarman setelah pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz (717 – 720 M) (Dinasti Umayyah) pernah berkirim surat dengan Umar bin Abdul Aziz sekaligus berikut menyebut gelarnya dengan 1000 ekor gajah, berdayang inang pengasuh di istana 1000 putri, dan anak-anak raja yang bernaung di bawah payung panji.
Baginda berucap terima kasih akan kiriman hadiah daripada Khalifah Bani Umayyah tersebut. Dalam hal ini, Hamka mengutip pendapat SQ Fatimi yang membandingkan dengan The Forgotten Kingdom Schniger bahwa memang yang dimaksud adalah Sriwijaya tentang Muara Takus, yang dekat dengan daerah yang banyak gajahnya, yaitu Gunung Suliki.
Apalagi dalam rangka bekas candi di sana, dibuat patung gajah yang agaknya bernilai di sana. Tahun surat itu disebutkan Fatemi bahwa ia bertarikh 718 Masehi atau 75 Hijriah. Dari situ, Hamka menepatkan bahwa Islam telah datang ke Indonesia sejak abad pertama Hijriah.
Selain itu, fakta yang juga tak bisa diabaikan adalah bahwa adanya kitab Izh-harul Haqq fi Silsilah Raja Ferlak yang ditulis Abu Ishaq al-Makrani al-Fasi yang berasal dari daerah Makran, Balochistan menyebut bahwa Kerajaan Perlak didirikan pada 225 H/847 M diperintah berturut-turut oleh delapan sultan.
Bukti lain memperlihatkan telah munculnya Islam pada masa awal dengan bukti Tarikh Nisan Fatimah binti Maimun (1082M) di Gresik.
Untuk menjelaskan bagaimana metode penyebaran Islam di Indonesia, Arnold mengutip catatan yang dikutip dari C. Semper bahwa para pedagang Muslim menggunakan bahasa dan adat istiadat orang tempatan.
Setelah mengadakan pernikahan dengan orang setempat, pembebasan budak, maka ia mengadakan perserikatan dan tak lupa tetap memelihara hubungan persahabatan dengan golongan aristokrat yang juga telah mendukung kebebasannya.
Para pedagang ini, tidaklah datang sebagai penyerang, tidak pula memakai pedang, ataupun memakai kelas atas guna menekan kawula-kawula rakyat. Namun dakwah dilakukan dengan kecerdasan, dan harta perdagangan yang mereka punya lebih mereka utamakan untuk modal dakwah.
Selama masa-masa abad pertengahan ini, pedagang-pedagang Muslim turut memberi andil dalam bertumbuhnya perdagangan dan kota-kota yang terlibat di sana.
Bersamaan dengan kegiatan dagang orang Tionghoa dari Dinasti Ming, Gresik, Malaka, dan Makassar berubah dari kampung kecil menjadi kota-kota besar dengan penduduk 50 ribu jiwa. Begitupun untuk Aceh, Patani, dan Banten.

Saya seorang Wartawan di DETIKEPRI.COM yang dilindungi oleh Perusahaan Pers bernama PT. Sang Penulis Melayu, dan mendedikasikan untuk membuat sebuah produk berita yang seimbang sesuai kaidah Jurnalistik dan sesuai Etik Jurnalistik yang berdasarkan Undang-Undang Pers.