INTERNASIONAL – Perkembangan geopolitik di Timur Tengah kembali memasuki fase sensitif setelah analis keamanan Israel menyampaikan peringatan mengenai potensi terbentuknya koalisi militer resmi antara Mesir dan Arab Saudi.
Aliansi dua negara kunci Arab tersebut disebut dapat menggeser keseimbangan kekuatan regional dan memunculkan dinamika baru yang berpengaruh langsung pada kepentingan keamanan Israel, khususnya di wilayah selatan.
Peringatan ini dipublikasikan oleh media berbahasa Ibrani Natsiv Net, yang menyoroti semakin eratnya interaksi pertahanan antara Mesir dan Arab Saudi.
Analisis itu menggambarkan kemungkinan kemitraan militer kedua negara sebagai “front strategis baru yang mesti dipertimbangkan secara serius oleh Israel.”
Dalam laporan tersebut, para analis menilai bahwa peningkatan intensitas kerja sama Kairo dan Riyadh bukan lagi sekadar hubungan simbolis atau diplomatik, melainkan mulai bergerak menuju integrasi kapasitas pertahanan yang lebih konkret.
Laporan itu juga menyertakan pandangan bahwa aliansi militer kedua negara dapat membentuk realitas keamanan baru di kawasan. Menurut penilaian analis, Israel tidak bisa menganggap enteng kekuatan gabungan Mesir dan Arab Saudi
yang masing-masing memiliki angkatan bersenjata dengan kapasitas besar, modernisasi militernya berkembang pesat, serta dukungan finansial yang kuat di baliknya. Kekuatan terintegrasi ini diyakini dapat menghadirkan tekanan baru bagi Tel Aviv dalam menyusun strategi jangka panjang.
Israel Diminta Siapkan Strategi Balasan
Salah satu poin penting dalam laporan tersebut adalah desakan kepada pemerintah Israel agar mempertimbangkan langkah antisipatif. Analis menyarankan agar Tel Aviv menyusun respons militer dan politik yang terukur guna menghadapi skenario terbentuknya blok pertahanan di selatan Israel.
Mereka menyebut bahwa Israel mesti mengembangkan pendekatan baru untuk mempertahankan keunggulan strategisnya di tengah perubahan arsitektur keamanan regional yang semakin cepat.
Mereka mengaitkan urgensi ini dengan posisi Mesir dan Arab Saudi sebagai dua negara Arab dengan kekuatan militer paling signifikan. Mesir disebut sebagai negara dengan jumlah personel militer terbesar kedua di kawasan
sementara Arab Saudi dikenal sebagai salah satu negara dengan anggaran pertahanan terbesar di dunia, yang terus memperkuat sistem pertahanannya lewat pembelian persenjataan canggih dan kolaborasi teknologi dengan berbagai negara Barat.
Kunjungan Tingkat Tinggi Pemicu Spekulasi
Peningkatan kewaspadaan Israel ini terjadi setelah kunjungan resmi Kepala Staf Angkatan Bersenjata Mesir Letnan Jenderal Ahmed Khalifa ke Arab Saudi.
Dalam kunjungannya, Khalifa menghadiri pertemuan ke-11 Komite Kerja Sama Militer Mesir–Arab Saudi bersama Kepala Staf Angkatan Bersenjata Arab Saudi Letnan Jenderal Fayyad bin Hamed Al-Ruwaili.
Pertemuan tingkat tinggi ini membahas berbagai agenda penguatan pertahanan bersama, termasuk peningkatan latihan militer gabungan, pertukaran informasi intelijen
serta rencana kolaborasi dalam pengembangan teknologi militer masa depan. Diskusi yang digelar secara tertutup itu dinilai sebagai sinyal bahwa kedua negara tengah meningkatkan konsolidasi strategis mereka.
Dalam pernyataannya, Khalifa menegaskan bahwa hubungan antara Mesir dan Arab Saudi memiliki kedalaman strategis yang telah terbangun sejak lama. Ia menyebut kerja sama militer kedua negara sebagai salah satu elemen yang mampu menjaga stabilitas di kawasan, terutama di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik global dan regional.
Sementara itu, Al-Ruwaili menyampaikan komitmen Riyadh untuk memperluas koordinasi pertahanan dengan Mesir. Ia menyoroti pentingnya memperkuat interoperabilitas kedua angkatan bersenjata
termasuk dalam penggunaan sistem persenjataan modern dan integrasi teknologi pertahanan baru. Riyadh juga menegaskan kesiapan untuk meningkatkan investasi dalam program pelatihan dan transfer teknologi guna memperkuat kemampuan militer kedua negara.
Implikasi bagi Dinamika Regional
Pakar keamanan Timur Tengah menilai bahwa jika Mesir dan Arab Saudi benar-benar membentuk aliansi militer resmi, hal ini dapat menjadi perkembangan paling signifikan dalam struktur keamanan kawasan sejak beberapa tahun terakhir.
Aliansi tersebut dapat mempengaruhi hubungan diplomatik, strategi keamanan, hingga kalkulasi politik Israel yang selama ini mengandalkan stabilitas di perbatasan selatan sebagai salah satu pilar keamanan nasionalnya.
Meskipun Mesir selama ini memiliki hubungan diplomatik dengan Israel melalui kesepakatan damai Camp David, analisis Israel menilai bahwa perubahan dinamika politik regional dapat mempengaruhi posisi Kairo dalam beberapa isu strategis.
Sementara itu, Arab Saudi selama ini belum menjalin hubungan resmi dengan Israel, walaupun terdapat koordinasi informal dalam konteks keamanan regional.
Jika kedua negara menyatukan sumber daya militer mereka dalam bentuk aliansi formal, struktur kekuatan regional dapat mengalami reposisi besar-besaran.
Israel pun diperkirakan akan memperbarui kebijakan pertahanannya dan memperkuat hubungan dengan mitra-mitra strategis di kawasan untuk menjaga keseimbangan.
Hingga kini, baik Mesir maupun Arab Saudi belum merilis pernyataan resmi mengenai kemungkinan pembentukan aliansi militer formal. Namun intensitas pertemuan tingkat tinggi dan narasi yang dibangun oleh kedua negara menunjukkan bahwa kerja sama pertahanan mereka tengah memasuki babak baru yang dipantau ketat oleh berbagai pihak, termasuk Israel.

Saya seorang Wartawan di DETIKEPRI.COM yang dilindungi oleh Perusahaan Pers bernama PT. Sang Penulis Melayu, dan mendedikasikan untuk membuat sebuah produk berita yang seimbang sesuai kaidah Jurnalistik dan sesuai Etik Jurnalistik yang berdasarkan Undang-Undang Pers.





