Beranda Liputan Khusus Sejarah dan Budaya Syekh H. Muhammad Hadi, Ulama Besar Kharismatik dari Hulu Kuantan

Syekh H. Muhammad Hadi, Ulama Besar Kharismatik dari Hulu Kuantan

1333
0
Syekh Muhammad Hadi

DETIKEPRI.COM, SEJARAH – Syekh H. Muhammad Hadi, Ulama Besar Kharismatik dari Hulu Kuantan, yang menjadi salah satu ulama yang cukup dikenal.

Tidak sedikit ulama terkenal tanah air yang menimbah ilmu di tanah suci Mekah. Bahkan di antara mereka ada yang menajid guru di Tanah Suci Mekah.

Sebut saja dari Sumatra Barat ada Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi, Syekh Sulaiman ar-Rasuli, Syekh Jamil Jaho, Syekh Abdul Karim Amarullah dan anaknya: Buya Haji Abdul Malik Karim Amarullah yang lebih dengan kenal dengan Buya *HAMKA*.

Dari Kalimatan Selatan ada Syekh Ali Junaidi Berau dan Syekh Awang Kenali Berau. Syekh Ahmad Dimyati (Banten), Syekh Abdullah Zawawi (Sumatra Selatan), Syekh Abdul Qodir Mandailing (Sumatra Utara), Syekh Umar as-Sumbawi (Nusa Tenggara Barat) dan Syekh Hasyim Asy’ari (Jawa Timur), dan lainnya.

Dari Riau tepatnya dari Kabupaten Kuantan Singingi ada nama *SYEKH H. MUHAMMAD HADI gelar ENGKU ANGIN*. Ulama besar Tanah Air yang kharismatik itu lahir di Desa Sungai Alah, Kecamatan Hulu Kuantan, Kuantan Singingi, Riau tahun 1852.

Ketika berangkat ke Tanah Suci – Mekkah, Syekh Hadi atau Datuk Hadi sapaan akrabnya dalam keluarga besarnya membawa istri *SITI MARIAM* dari Malaysia.

Di Tanah Suci itulah Syekh Hadi memperdalam ilmu agama kepada ulama terkenal di Mesjidil Haram di Mekkah dan Mesjidil Nabawi di Madinah kurun waktu 1925 s.d. 1939.

Sebelumnya Syekh Hadi mempelajari ilmu agama kepada guru dan ulama terkenal dari pelbagai daerah. Mulai dari Sumatera Barat, Indragiri hingga negara tetangga Malaysia yang waktu itu masih dibawah jajahan koloni Inggris.

Di Mekkah, Syekh Hadi lama belajar dengan banyak ulama dan menghadiri majelis ilmu ulama Hijaz yang terkemuka di Tanah Suci tersebut.

Tak hanya berguru dengan alamat yang berasal dari Tanah Suci, Syekh Hadi juga berasal dari ulama tanah air yang menjadi guru di Tanah Suci tersebut.

Syekh Hadi juga belajar banyak mengikuti halaqah-halaqah ilmu di Mesjid Nabawi, Madinah. Halaqah merupakan perkumpulan dua orang atau lebih yang membahas urusan-urusan keilmuan, khususnya ilmu agama.

Dalam halaqah, para jemaah duduk melingkar sehingga bisa saling berhadapan ketika berkomunikasi.

Dan, sebelum pulang dari Tanah Suci ke kampung halamannya di Kuantan Singingi Syekh Hadi mendapat gelar *MUFTI INDRAGIRI*. Gelar itu diberikan karena selama di Tanah Suci, Syekh Hadi merupakan wakil *SYEKH INDRAGIRI* dalam membina jemaah haji *INDRAGIRI dan KAMPAR* di Makkatul Mukarramah.

Gelar tersebut diberikan Sultan Indragiri yaitu *SULTAN MAHMUD SHAH* yang berkedudukan di *RENGAT* juga karena ketinggian dan kecerdasan ilmu yang dimilikinya dalam bidang agama.

Selain Syekh Hadi, ulama yang mendapat gelar Mufti Indragiri di antaranya adalah *TUAN GURU SAPAT* mempunyai nama lengkap Syekh Abdurrahman Siddiq bin Muhammad Afif bin Mahmud bin Jamaluddin al-Banjari.

Tuan Guru Sapat dilahirkan di Kampung Dalam Pagar, Martapura, Kalimantan Selatan, pada tahun 1284 Hijriah atau tahun 1857 Masehi diangkat sebagai Mufti Indragiri pada 1327 H/1910 M hingga 1354 H atau 1935 M.

Tuan Guru Sapat yang terkenal luhur, tulus, dan ikhlas ini tutup usia pada 4 Sya’ban 1358 H atau 18 September 1939 M.

*DALAM* kesehariannya, Syekh Hadi dikenal selalu mengajak masyarakat untuk memeluk agama Islam di negeri Rantau Kuantan. Ia ulama yang tak kenal lelah memperjuangkan tumbuh kembang agama Islam.

“Datuk merupakan seorang ulama yang sangat ramah, santun serta sederhana,” ungkap salah seorang cucunya _Ir. Nariman Hadi, M.M_ yang saat ini bekerja sebagai Dosen di Universitas Islam Kuantan Singingi.