Politik Dalam Pandangan Islam

    1688
    0

    Sekapur sirih penulis,

    Islam adalah agama yang syammil mutakammil (sempurna dan paripurna), islam bukan hanya mengatur masalah ritual ubudiyah saja, tapi seluruh aspek kehidupan manusia, bahkan sampai ke hal-hal terkecil dalam kehidupan manusia.
    Jika islam hanya mengatur masalah-masalah ibadah saja, tanpa mengatur masalah sosial budaya, pendidikan, tata Negara/pemerintahan, dan sosial politik, maka sama saja islam dengan agama lain, tidak ada keistimewaan islam dibandingkan agama-agama lainnya.

    Dalam masalah politik, banyak kalangan yang berpendapat bahwa islam tidak mengenal politik, antara agama dan politik tidak bisa disatukan, dan banyak pendapat lainnya. Namun saya berpendapat, pendapat yang mengatakan islam tidak berpolitik dan tidak mengatur masalah politik sehingga dalam islam tidak dibernarkan berpolitik adalah sebuah pendapat yang sebenarnya sama saja mengatakan bahwa islam itu agama yang tidak sempurna dan paripurna, islam agama yang tidak menjangkau semua aspek kehidupan.

    BACA JUGA :  Sandiaga : Hukum Jangan Digunakan Memukul Lawan, Dahnil di Periksa Lagi

    Aqidah Islam bersifat komprehensif dan menyeluruh, ia berbeda dari semua umat karena konsepsinya tentang ubudiyah. Umat Islam meyakini bahwa Allah Maha Esa, dan meyakini bahwa Allah swt meliputi setiap gerak manusia dalam semua urusan. Dia adalah Pencipta dan Pemberi Rizki kepada hamba-Nya. Dia juga pembuat undang-undang untuk mereka menyangkut semua aspek kehidupan. Islam tidak membatasi ubudiyah kepada Allah hanya menyangkut aspek spiritual belaka, sementara aspek kehidupan lainnya ditujukan kepada selain-Nya. Misalnya, membuang nilai-nilai aturan Allah dari kehidupan politik, ekonomi, dan moral. Islam menilai pemisahan ini sebagai kesesatan dan penyesatan terhadap umat manusia, dan bertentangan dengan aksiomatik islam yang hanif.

    BACA JUGA :  Upaya Penggantian Airlangga Hartanto, Isu Munaslub Beredar, Ini Tanggapan Golkar Kepri

    Sangat menarik jika kita memperhatikan permintaan Nabi Yusuf kepada raja mesir, hal ini di abadikan Allah dalam Al-Qur’an.
    Berkata Yusuf: “Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan.”. (QS. Yusuf: 55).
    Ayat ini menggambarkan kepada kita bagaimana pada waktu itu Nabi Yusuf minta kekuasaan kepada raja mesir, dan ini menggambarkan bahwa menggapai kekuasaan untuk kemaslahatan umat diperbolehkan. Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan kita juga diperbolehkan menyebut kelebihan yang kita punya kalau kita sadar dengan kelebihan kita tersebut supaya orang percaya dengan kita untuk memegang kekuasaan.

    BACA JUGA :  Desa Belungkur itu Indah, Tapi Sayangnya Minim Jaringan Komunikasi

    Bukan hanya Nabi Yusuf yang meminta kekuasaan, Nabi Sulaimana juga pernah berdoa meminta kerajaan/kekuasaan kepada Allah. Ia berkata: “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi”. (QS. Shaad: 35)

    Dua ayat Al-Qur’an diatas sudah cukuplah menerangkan kepada kita bahwa mengapai kekuasaan untuk kemaslahatan umat itu diperbolehkan, bahkan diwajibkan. Apakah masih ada alasan bagi kita mengingkari politik dalam islam?

    Nantikan kelanjutan POLITIK DALAM PANDANGAN ISLAM MENURUT BEBERAPA NARASUMBER ——– Bersambung.